MEDAN – Kliktodaynews.com|| Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, sebagaimana disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam rapat evaluasi pencapaian target prevalensi stunting bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Jakarta, Selasa (19/3/2024) prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen, atau hanya turun 0,1 persen dibanding tahun 2022.
Target nasional penurunan stunting tahun 2023 adalah 18 persen dan tahun 2024 menjadi 14 persen.
Sementara itu, prevalensi stunting di Sumatera Utara (Sumut) berhasil turun menjadi 18,94, atau berkurang sekitar 2,24, dari tahun sebelumnya 2022 sebesar 21,195. Angka ini bahkan berada jauh di bawah angka nasional.
Komitmen kuat dari pimpinan/kepala daerah Sumut dan kerjasama semua pihak, baik OPD TPPS, lintas OPD, perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, dunia usaha, media massa, hingga lembaga internasional seperti USAID ERAT yang selama ini telah memberikan perhatian terhadap upaya percepatan penurunan stunting di Sumatera Utara.
Hal itu disampaikan oleh Asisten Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara Drs. Basarin Yunus Tanjung, M.Si, ketika memberikan sambutan dan membuka acara Konsolidasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Pengarusutamaan GESI dalam Rencana Aksi Tahunan (RAT) Stunting Tahun 2024 Provinsi Sumut bersama USAID ERAT dan stakeholder terkait, Rabu (20/3/2024) di Le Polonia Hotel Medan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menyusun dokumen Rencana Aksi Tahunan (RAT) Stunting tahun 2024 sebagai panduan pelaksanaan program penanganan stunting baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Namun, aspek Gender Eguality and Social Inclusion (GESI) belum diintegrasikan dalam dokumen RAT Stunting tersebut.
Laili Zailani dari USAID ERAT ketika memfasilitasi diskusi bersama Tim Fasilitator Leya Cattleya (Jakarta), Marhamah Siregar (Medan) dan Siti Khadijah (HAPSARI), bahwa GESI adalah konsep yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang adil dan inklusif, dimana setiap individu mempunyai akses, partisipasi, kontrol
dan manfaat yang setara dan adil terhadap sumberdaya, baik pengetahuan, program dan anggaran program.
“Karena stunting adalah permasalahan yang kompleks, faktor resiko stunting sangat multi dimensional, menyangkut masalah sosial, ekonomi (kemiskinan), kesehatan, budaya bahkan masalah wilayah. Maka pendekatan dalam penanganan stunting harus inklusif dan menyentuh semua aspek multi dimensional yang menjadi penyebabnya”. Jelas Laili melalui siaran pers, Senin (25/3/2024).
Pengarusutamaan GESI sangat penting dalam semua intervensi penanganan stunting, karena dengan pendekatan GESI kita dapat memastikan bahwa semua Keluarga Reresiko Stunting (KRS) dapat dijangkau. Mereka benar benar memiliki akses yang setara dan inklusif, peluang pengambilan keputusan yang adil, dan partisipasi yang bermakna dalam berbagai program stunting, mulai dari hulu hingga ke hilir, mempercepat upaya penurunan stunting bersarna dengan mereka sendiri, keluarga beresiko stunting di lokus-lokus stunting. (SGH)