Oleh: Minarti Manik, Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara, Disupervisori oleh Dosen Ibu Hairani Siregar S.Sos, M.SP.
MEDAN – Kliktodaynews.com|| Pandemi Covid19 telah membuat banyak perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat, baik itu di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, bahkan sampai pada kegiatan sehari-hari. Segala kebijakan dan protokol yang dikeluarkan oleh pemerintah memaksa masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan hidup yang baru, demi mencegah dan mengurangi penyebaran virus ini.
Dalam bidang pendidikan, setiap instansi juga menerapkan kebijakan seperti belajar daring dan menerapkan protokol kesehatan bagi instansi yang sebahagian masih melakukan kegiatan secara langsung. Begitu juga dengan Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tetap melakukan Praktik Kerja Lapangan selama masa Pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, penulis melakukan praktik di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, Anak Gembira yang beralamat di Jl. Tembakau Raya No.83, Medan Tuntungan, Kota Medan.
Penulis melakukan kegiatan PKL kurang lebih selama 3 bulan, dari proses asessment awal pada tanggal 23 Maret 2021 sampai pada tahap terminasi pada tanggal 4 Juni 2021. Kegiatan yang praktikan lakukan selama PKL di LKSA Anak Gembira di antaranya adalah membantu anak-anak yang mengalami kesulitan dalam proses belajar daring. Selain itu, praktikan juga rutin melakukan diskusi kelompok dan menerapkan program belajar sambil bermain.
Dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan ini, praktikan menerapkan teknik bimbingan sosial kelompok terhadap anak-anak di LKSA, yakni berupa diskusi kelompok, brain storming, dan interviu kelompok, dengan mengadopsi teori dari Friedlander (Hermawati, Istiana:47), yakni praktikan disini bekerja dengan berbagai cara agar pergaulan di dalam kelompok dan kegiatan kerja kelompok dapat membantu perkembangan para anggota kelompok dan membantu mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun tahapan dalam bimbingan sosial kelompok anak di LKSA Anak Gembira adalah sebagai berikut: (Hermawati:61-65)
- Tahap pengumpulan data (fact finding) yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terhadap anak-anak. Hal-hal yang diobservasi berupa sikap dan tingkah laku anak-anak, dan bagaimana mereka saling berinteraksi di dalam kelompok. Selain itu, proses observasi dan wawancara dilakukan juga untuk mengetahui apa yang menjadi masalah dan kebutuhan dari anak-anak di LKSA.
- Tahap diagnosis, yang menghasilkan beberapa diagnosa, yakni anak-anak yang cenderung sulit fokus dalam mengikuti proses belajar daring, hubungan anak-anak yang tidak begitu akur dan sering bertengkar, beberapa anak merasa tertekan akibat tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang banyak. Kemudian dilakukan tahap perencanaan program yang disesuaikan dengan kondisi anak-anak, serta diharpkan dapat memecahkan masalah yang mereka alami.
- Tahap penyembuhan, yang dilakukan dengan menjalankan program yang telah direncanakan. Ada 2 program yang dilaksanakan oleh praktikan yakni:
- Menerapkan proses belajar sambil bermain, yang bertujuan untuk mengurangi tekanan akibat belajar daring dan banyaknya tugas-tugas. Proses belajar bermain dilakukan dengan membuat quiz atau games di sela kegiatan belajar, selain itu proses belajar juga terkadang dilakukan di taman, dan membiarkan anak-anak melakukan kegiatan lain yang menyenangkan setelah belajar, contohnya seperti bermain catur, berenang, bernyanyi, atau bermain lego. Permainan dan quiz disesuaikan agar tetap memberi manfaat bagi kemampuan anak.
- Melakukan diskusi kelompok yang dilakukan dengan membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok kecil, kemudian praktikan melakukan interviu dan diskusi terkait kegiatan anak-anak selain belajar. Misalnya dengan melakukan diskusi tentang apa kegiatan mereka di hari itu, apa kejadian yang mengusik pikiran mereka, hal apa yang mereka tidak sukai, atau mengapa seorang anak tidak menyukai anak yang lain. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi masalah serta kebutuhan anak, juga berguna untuk mempererat hubungan antara anak-anak di LKSA. Dalam hal ini, praktikan juga turut memberikan pemgertian dan dorongan kepada anak-anak terkait bagaimana berperilaku yang baik, bagaimana bersikap satu sama lain, serta melatih mental anak-anak untuk menyampaikan pendapatnya.
Dengan adanya kegiatan praktikum ini, anak-anak di LKSA menjadi terbantu dalam kegiatan belajar daring, selain itu hubungan di dalam kelompok juga semakin erat, dan kemampuan anak-anak dalam berbicara dan menyampaikan pendapat dengan benar semakin meningkat. Pada tahap selanjutnya, yakni tahap evaluasi, praktikan melihat program yang diterapkan dapat berjalan dengan baik, dan memberikan manfaat, sebab program dilaksanakan sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak-anak. Dalam tahap paling akhir, yakni tahap terminasi, praktikan membiarkan anak-anak melakukan diskusi kelompok secara mandiri, yanh dibimbing oleh anak-anak yang lebih tua, sehingga ke depannya diharapkan program-program ini dapar terus berjalan di LKSA Anak Gembira. (RED/KTN)