Petani di Samosir Menjerit, Pupuk Bersubsidi Langka

Salah seorang petani di Samosir
Salah seorang petani di Samosir
Bagikan :

Samosir – Kliktodaynews.com Sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi dirasakan oleh para petani yang ada di Kabupaten Samosir. Situasi ini dianggap sangat merugikan, karena para petani terpaksa harus membeli pupuk non-subsidi yang harganya sangat jauh berbeda dari harga pupuk bersubsidi.

Hal ini disampaikan oleh salah seorang petani Ama Santa Turnip kepada Kliktodaynews.com saat ditemui di ladangnya tepatnya di Desa Sarimarrihit, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir pada Rabu, 07 Oktober 2020.

Ama Santa satu dari sekian petani yang terkena dampak buruk dengan lenyapnya pupuk subsidi sejak Agustus 2020 lalu mengaku kecewa.

“Sudah dua bulan terakhir pupuk subsidi yang kami butuhkan tidak ada,”ujar Ama Santa.

Menurut Ama Santa, pada musim ini mereka terkendala menabur pupuk. Hal itu dibenarkan istrinya, bahwa sejumlah petani lain di Desa Sarimarrihit, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir mengalami hal yang sama.

Sejauh ini, kata Ama Santa ada pun pupuk yang paling sulit diperoleh yakni jenis Phonska. Pupuk lain yang juga menjadi kebutuhan mereka yakni urea/garam, dan S.P 36.

Hingga saat ini, ketersediaan pupuk yang sangat dibutuhkan petani tidak ditemukan pada penyalur-penyalur pupuk resmi di Samosir khususnya di Sianjur Mulamula. Kalau pun ada, harga sudah sangat jauh berbeda dengan pupuk bersubsidi.

“Non subsidi memang ada, tapi harganya jauh berbeda,”sebut Ama Santa.

Ama Santa berujar, harga pupuk Ponska bersubsidi biasanya dapat diperoleh dengan harga Rp 135.000 per karung dengan timbangan 50 Kg. Sedangkan saat ini, harga Ponska di toko-toko pupuk mencapai Rp 450.000-Rp 500.000 per karung.

“Untuk harga per karung, harga bisa lebih dua kali lipat harga subsidi,”ucap Ama Santa.

Demikian juga dengan pupuk ZA, S.P 36 bersubsidi pada harga kisaran Rp 150.000. Sedangkan harga non subsidi mencapai Rp 350.000- Rp 500.000.

Untuk tanaman padinya sendiri, Ama Santa mengusahai seluas “4 rante” atau 100 meter persegi. Seperti biasa, Ama Santa mampu membutuhkan pupuk jenis Phonska 1 sak/karung Rp 135.000, urea/garam 1 sak/karung Rp.105.000, S.P 36 1 sak Rp. 135.000 yang masing-masing seberat 50 Kg. Berhubung pupuk subsidi sulit diperoleh dan non subsidi mencapai harga Rp. 450.000-Rp.500.000 per karung.

Masih menurut Ama Santa, penggunaan pupuk untuk tanamannya saat ini jauh dari dosis yang seharusnya. Dampaknya, hasil dan kualitas tanaman pun menjadi kurang produktif karena harus mengirit pupuk.

“Dampak ke tanaman, yang jelas lebih jago yang subsidi karena lebih gampang.  Herannya kami, pupuk non subsidi bisa tak langka. Tapi yang subsidi kok bisa langka, ada apa ?,”sebut Ama Santa.

Hengson Nainggolan Petani lainnya ditemui di ladangnya menyampaikan hal serupa seperti yang dikeluhkan Ama Santa. Hengson berkata, sampai saat ini pupuk yang paling sulit mereka peroleh adalah jenis Phonska.

“Phonska tak lagi kami dapat. Tiga bulan terakhir kami sulit memperoleh Phonska bersubsidi,”ujar Hengson.

Untuk mengakali kendala ini, Hengson lebih memilih pupuk organik seadanya. Pupuk sulit mereka peroleh, padahal jadwal pemupukan pun sudah terlewatkan.

Dampak dari sulitnya memperoleh pupuk ini, kata Hengson pengeluaran lebih banyak. “Ponska bersubsidi biasanya Rp 130.000-Rpb135.000 bisa jadi sampai 400-500 ribu per sak dengan ukuran 50 Kg. Pupuk Ponska bersubsidi mulai langka sejak Agustus hingga Oktober 2020,”ujar Hengson.

Masih kata Hengson, pupuk Ponska non subsidi memang ada dijual di toko obat tanaman terdekat. Sayangnya, harga jauh lebih tinggi. ” Harus ada uang yang jumlahnya lebih banyak biar bisa beli Pupuk Phonska,”sebut Hengson.

Atas kesulitan memperoleh pupuk ini, Hengson Nainggolan dan Ama Santa Turnip berharap banyak agar Dinas Pertanian Kabupaten Samosir dapat segera menyanggupi kebutuhan pupuk yang diperlukan para petani.

“Sebaiknya pemerintah dapat segera mengatasi ini,”timpal Ama Santa.

Saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Samosir Viktor Sitinjak tidak menyangkal situasi tersebut. Namun, yang menjadi kendala menurut Viktor karena jatah pupuk subsidi untuk Kabupaten Samosir telah habis.

“Sebenarnya bukan langka, namun jatah untuk Kabupaten Samosir telah habis,”ujar Viktor Sitinjak.

Jatah pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Samosir sejak Januari-September 2020 hanya 3.327 Ton saja dan keseluruhannya sudah tersalur. Meski begitu, kata Viktor Sitinjak sepekan terakhir Dinas Pertanian Samosir telah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi Sumut untuk penambahan jatah sebanyak 1.500 Ton.

Usulan permohonan 1.500 Ton pupuk bersubsidi tak juga bisa disanggupi Pemerintah Provinsi Sumut.

“Hanya 200 Ton yang disetujui dan itu pun dibagi 1.051 kelompok tani. Tentu itu, tidak cukup,”Terang Viktor Sitinjak.

Sebagai alternatif persoalan itu, Viktor Sitinjak mengaku akan kembali mengusulkan pertambahan pupuk itu lagi.

“Minggu ini akan kita usulkan pertambahan lagi untuk pertanaman Oktober-Desember. Besok sudah akan saya tanda tangani permohonan pengusulan itu,”ujar Viktor mengakhiri perbincangan. (EDW/KTN)

Bagikan :