Kolaborasi dan Sinergitas Riset adalah Solusi Piramid Toba

Bagikan :

Toba-Kliktodaynews.com|| Setelah hampir dua minggu isu Piramid Toba yang awalnya dihembuskan Prof. Dr. Danny Hilman ketika mempresentasikan hasil risetnya kepada Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan, kini ketika publik semakin antusias mengupasnya melalui berbagai platform media sosial. Adapun Prof Danny melalui akun medsosnya mengungkapkan kalau temuan Piramid Toba yang ditenggarai berada di wilayah Bakara Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki tinggi hingga 120 meter.

“Bentuknya mirip piramid, tampaknya setengah badannya masih menempel ke bukit lapisan batuan hasil abu vulkanik letusan Gunung Toba 74 ribu tahun,”.

Menurut Arkeolog Dr. Defri Simatupang yang pernah melakukan ekskavasi di lembah perbukitan Bakara tahun 2021, lokasi yang ditunjukkan Prof Dany Hilman sangat berdekatan dengan lokasi penggalian tim mereka.

“Setelah melihat dari beberapa video yang beredar di medsos, sepintas ketinggan level lokasi Piramid Toba itu relatif selevel dengan lokasi penggalian kami dua tahun yang lalu, hal ini tentu sangat menarik untuk mensinergikan riset kami..

Sayangnya sejak kantor kami (Balai Arkeologi Sumatera Utara) bubar, masih belum ada sponsor yang mau mendukung lanjutan penggalian kami” Ujar arkeolog yang kini bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam diskusi chat di medsos, Danny Hilam menyinggung adanya kemiripan gejala dengan Situs Gunung Padang, yang diklaim berumur sekitar 10 ribu tahun. Mengenai potensi usianya , Danny mengaku masih meneliti itu.

“Tunggu kejutannya yah..” ujar beliau dalam akun medsos pribadi beliau.

Defri Simatupang yang diwawancara melalui telpon mengatakan kalau sebaiknya Kolaborasi dan Sinergitas Riset harus dilakukan antara tim geolog yang dipimpin Prof Danny dan tim kami para arkeolog yang masih mengupayakan lanjutan riset ekskavasi dari tahap I di tahun 2021.

“Dari hasil galian tahun 2021, kami menemukan tujuh ekofak kerangka manusia, tulang hewan, fragmen gerabah,lesung batu, keramik, hingga beberapa keping mata uang asing peninggalan masa Belanda,” sebut Defri.

“Temuan-temuan dari 15 kotak gali kami sangat penting untuk dilanjutkan kedepannya agar hasil penelitian ini berdayaguna untuk kepentingan pemajuan kebudayaan di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kawasan Danau Toba, saya juga sudah berkoordinasi dengan Prof. Danny dan semoga kedepan ada kesempatan kolaborasi dan sinergitas riset apalagi kami sekarang sama-sama dibawah lembaga riset BRIN”

Adapun pertanyaan seputar pendapat Defri seputar teori Piramid Toba, beliau tidak berani banyak berasumsi melebar karna khawatir akan semakin viralnya ‘Piramid Toba’ itu, maka kerusakan situs tersebut bila disalah mengertikan publik sebagai piramid yang banyak mengandung emas didalamnya.

“Paling aman kita harus menahan diri untuk menyebutkan istilah yang tepat untuk lokasi riset tersebut, agar tidak menjadi polemik panas diantara para peneliti dan kepentingan banyak seperti yang saya tahu di Gunung Padang sepuluh tahun lalu,”tutup Defri.

Bagikan :