Yerusalem-Kliktodaynews.com|| Netanyahu menyampaikan hal ini ketika delegasi Hamas berada di Kairo untuk melakukan perundingan mengenai sandera dengan Direktur CIA William Burns dan para perwakilan dari Negara-Negara yang menjadi penengah, Mesir dan Qatar. Israel bersedia untuk menghentikan perang Gaza dengan imbalan kesepakatan untuk membebaskan para sandera, namun berat hati untuk mengakhirinya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan dalam rapat mingguan pemerintahannya pada hari Minggu (05/05).
“Kami berupaya dengan segala cara untuk membebaskan para sandera, ini adalah prioritas utama kami,” katanya.
Netanyahu menyampaikan hal tersebut saat delegasi Hamas berada di Kairo untuk melakukan pembicaraan mengenai penyanderaan dengan Direktur CIA William Burns dan para perwakilam dari negara mediator Mesir dan Qatar.
Pada waktu bersamaan, Hamas di Gaza menembakkan roket ke daerah penyeberangan Kerem Shalom untuk pengiriman bantuan ke daerah kekuasaan Israel, mengakibatkan tujuh orang luka-luka.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada para pasukan di selatan bahwa ada “tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa Hamas tidak berniat untuk menyetujui kesepakatan apa pun.”
Pada rapat pemerintah, Netanyahu mengatakan bahwa “Israel telah dan juga masih bersedia untuk melakukan jeda dalam pertempuran untuk membebaskan para tawanan kami,” Netanyahu menekankan ketika ia menjelaskan bahwa IDF telah memberikan jeda selama satu minggu dalam pertempuran pada bulan November untuk memfasilitasi kesepakatan pembebasan 105 tawanan.
“Inilah yang ingin kami lakukan hari ini,” katanya.
Sebuah negosiasi telah dilakukan, dimana sekitar 33 dari 132 tawanan yang tersisa akan dibebaskan dalam waktu 40 hari, dalam fase pertama dari kesepakatan yang terdiri dari tiga tahapan.
Hamas dilaporkan telah menyetujui tahap pertama, yang akan mencakup jeda perang, namun tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri perang, dengan pemahaman bahwa langkah tersebut akan dilakukan di kemudian hari.
Namun, Netanyahu telah mengklarifikasi, salah satunya pada hari Minggu, bahwa ia tidak akan mengalah dalam masalah gencatan senjata permanen sampai Hamas dinyatakan hancur. Hal itu tidak akan terjadi sampai IDF melaksanakan operasi militer di Rafah.
“Israel tidak akan menyetujui tuntutan Hamas, yakni menyerah, Israel akan terus bertempur sampai semua misinya tercapai,” katanya.
“Dalam beberapa minggu terakhir kami telah berupaya sepanjang waktu untuk membuat kesepakatan untuk mengembalikan para sandera,” kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa tim negosiator diberi mandat yang sangat luas tentang persyaratan yang bisa mereka sepakati.
“Dalam beberapa minggu terakhir, kami telah berusaha sepanjang waktu untuk merumuskan kesepakatan yang akan mengembalikan para tawanan,” jelas Netanyahu.
Tim negosiator diberi “mandat yang sangat luas untuk melanjutkan proses pemulangan. Kami melakukannya atas dasar komitmen yang mendalam terhadap para tawanan, dan untuk mengatasi penderitaan yang mengerikan bagi para keluarganya,” tegasnya.
“Sepanjang negosiasi, Israel telah menunjukkan kesediaan untuk melakukan pergerakan yang signifikan, yang digambarkan oleh Menteri Luar Negeri AS Blinken dan yang lainnya dengan sebutan ‘sangat dermawan’.
“Namun, sementara Israel telah menunjukkan kesediaan ini, Hamas masih berpegang pada sikap ekstremnya, pertama dan terutama penarikan pasukan kami dari Jalur Gaza, mengakhiri perang dan membiarkan Hamas tetap berdiri tegak,” ujar Netanyahu.
Dilansir dari m.jpost, Israel tidak dapat menerima situasi “dimana batalion-batalion Hamas meninggalkan terowongan-terowongan mereka, membangun kembali kendali wilayah Jalur Gaza, membangun kembali industri militer mereka dan kembali mengancam warga Israel di komunitas-komunitas di Negev Barat, kota-kota di bagian selatan dan di seluruh wilayah,” ujar Netanyahu.
Di Kairo, para petinggi Hamas mengadakan perundingan gencatan senjata hari kedua dengan para mediator Mesir dan Qatar, tanpa ada kemajuan yang dilaporkan karena organisasi ini tetap pada tuntutannya bahwa kesepakatan apapun harus mengakhiri perang di Gaza, kata para petinggi Palestina.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan pada hari Minggu bahwa kelompok militan Palestina tersebut ingin mencapai gencatan senjata komprehensif yang akan mengakhiri “agresi” Israel, menjamin penarikan Israel dari Gaza, dan mencapai kesepakatan pertukaran tawanan yang serius. (Wtg)