10 Banjir Paling Mematikan dalam Sejarah Paling Mematikan dalam Sejarah

Bagikan :

KLIKTODAYNEWS.COM||Banjir parah akibat hujan deras di timur laut Brasil telah menewaskan 79 orang. Hal ini mengingatkan akan deretan bencana banjir paling mematikan sepanjang sejarah.
Beberapa peradaban, salah satunya peradaban Mesir kuno, menganggap banjir sebagai berkah. Banjir juga dianggap sebagai salah satu kekuatan alam yang paling kuat.

Di sisi lain, banjir tercatat mendatangkan malapetaka sepanjang sejarah manusia. Terutama para penduduk di daerah rawan banjir, mereka telah menyaksikan hilangnya nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan kehancuran infrastruktur dan harta benda berkali-kali. Berikut adalah hitung mundur 10 banjir paling mematikan di dunia, yang merenggut banyak nyawa dikutip dari Value Walk, Selasa (31/5/2022).

10. Banjir Laut Utara, Belanda (1212)
Belanda adalah salah satu korban beberapa banjir terbesar di dunia. Negara ini dibentuk oleh muara Sungai Rhine, Scheldt, dan Sungai Meuse. Banjir Laut Utara dimulai pada Juni 1212 dan berakhir lebih dari enam bulan kemudian.

Bencana ini diperkirakan telah merenggut sekitar 60 ribu nyawa. Ratusan ribu orang harus meninggalkan rumah mereka. Banjir juga menyebabkan kerusakan bangunan dan infrastruktur yang tidak dapat diperbaiki. Belanda membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk pulih dari banjir Laut Utara.

9. Banjir St. Lucia pada 12 Desember 1287 menewaskan 50 ribu hingga 80 ribu orang di Belanda dan Jerman Utara. Sebelum banjir besar, hampir tidak ada air di salah satu danau di Belanda.

Banjir dipicu oleh kombinasi pasang naik, badai angin, dan tekanan rendah. Banjir St Lucia mengubah sejarah Belanda karena menghancurkan semua desa antara laut dan desa Amsterdam. Pada saat banjir surut, desa pedalaman Amsterdam telah menjadi kota pesisir. Peristiwa ini berkontribusi membentuk perkembangan Amsterdam menjadi kota besar seperti yang kita kenal sekarang.

8. Banjir Jiangsu-Anhui/Banjir Sungai Yangtze, China (1911)
Yangtze adalah sungai terpanjang ketiga di Bumi, dan yang terpanjang mengalir seluruhnya di dalam satu negara. Sungai sepanjang 6.304 km ini adalah sumber utama transportasi dan irigasi di China.

Banjir Jiangsu-Anhui pada tahun 1911 terjadi ketika sungai Yangtze dan Huai mulai membanjiri pada waktu yang bersamaan. Bencana ini merenggut hingga 100 ribu jiwa, menyebabkan sekitar 375 ribu orang kehilangan tempat tinggal, dan menyebabkan kerugian harta benda yang parah.

7. Banjir Delta Sungai Merah, Vietnam Utara (1971)
Ketika terjadi pada tahun 1971, banjir Delta Sungai Merah tidak mendapatkan perhatian internasional yang layak karena dibayangi oleh Perang Vietnam. Padahal banjir ini merenggut lebih dari 100 ribu nyawa, sebagian besar di Kota Hanoi. Butuh beberapa tahun bagi Vietnam untuk pulih dari bencana, terutama karena pemerintah dan orang-orang di negara yang saat itu dilanda perang sudah menghadapi kesulitan yang parah.

6. Banjir St. Felix, Belanda (1530)
Banjir St Felix menyapu bersih lebih dari selusin desa dan beberapa kota. Diperkirakan 120 ribu orang tewas dan bangunan senilai lebih dari 100 juta Euro hancur. Karena banjir ini, 5 November 1530 dikenal sebagai Evil Saturday (karena banjir terjadi pada hari Sabtu) dalam sejarah Belanda. Ini juga disebut banjir paling mematikan dalam sejarah Eropa.

5. Banjir sungai Yangtze, China (1935)
Banjir sungai Yangtze tahun 1935 menewaskan lebih dari 145 ribu orang dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Selain itu, banjir membawa kelaparan besar dan penyakit mematikan seperti TBC, malaria, dan dermatitis di sepanjang lembah sungai

Sungai Yangtze cukup sering menjadi saksi banjir musiman, tetapi sebagian besar waktu itu tidak sampai mematikan. Banjir tahun 1931, masih segar dalam ingatan orang-orang ketika banjir tahun 1935 menghancurkan segala sesuatu yang telah mereka bangun kembali sejak banjir tahun 1931.

. Topan Nina/Jebolnya Bendungan Banqiao, China (1975)
Bendungan Banqiao di Sungai Ru jebol pada 8 Agustus 1975 akibat Topan Nina. Banjir awal langsung menewaskan lebih dari 86 ribu orang. Sebanyak 145 ribu orang lainnya tewas karena kelaparan dan penyakit. Topan Nina menumpahkan curah hujan lebih dari satu tahun hanya dalam 24 jam sekaligus. Aktivitas tak biasa ini gagal diprediksi para peneliti cuaca. Runtuhnya bendungan Banqiao menyebabkan kegagalan banyak bendungan kecil lain di dekatnya.

3. Banjir Sungai Kuning, China (1938)
Banjir Sungai Kuning tahun 1938 menewaskan sekitar 800 ribu orang di China. Yang mengejutkan, banjir itu dibuat secara sengaja oleh Pemerintah Nasionalis China selama perang China-Jepang kedua.

Pasukan Jepang bergerak maju dan pemerintah China perlu menghentikan mereka. Jadi, mereka menghancurkan tanggul di Sungai Kuning, membiarkan air mengalir bebas melalui provinsi yang berbeda. Sayangnya bagi China, pasukan Jepang jauh dari jangkauan banjir. Artinya hampir semua korban banjir justru adalah warga negara China. Pemerintah Cina telah menyangkal keterlibatannya dalam peristiwa banjir ini sampai Jepang menerima kekalahan pada tahun 1945.

2. Banjir Sungai Kuning, China (1887)
Sementara banjir tahun 1938 sengaja dipicu oleh pemerintah China, di luar itu, Sungai Kuning mengalami banjir dengan proporsi yang lebih besar pada tanggal 28 September 1887.

Diperkirakan banjir ini telah menewaskan antara 900 ribu hingga 2 juta orang. Sekitar 2 juta orang kehilangan tempat tinggal, lahan pertanian dan beberapa kota kecil hancur total. Tidak heran jika Sungai Kuning dijuluki “China’s Sorrow”.

1. Banjir China 1931, China
Sejauh ini, peristiwa Banjir China 1931 adalah banjir paling mematikan dalam sejarah umat manusia yang diketahui. Sebelum terjadi banjir, China mengalami kekeringan selama 2 tahun diikuti oleh badai salju yang lebat, bahkan hujan yang lebih lebat dan aktivitas topan yang tinggi.

Pada Juli 1931, tiga sungai terbesar di China, Yangtze, Sungai Kuning, dan Huai, mengalir di atas batas maksimumnya. Diperkirakan bencana ini membunuh 1-4 juta orang, sebagian besar karena kelaparan dan penyakit.

Banjir ini menghancurkan tanaman dan air yang tercemar membawa penyakit menular seperti disentri dan tipus secara massal. Setelah banjir tahun 1931, pemerintah China menyadari pentingnya sistem manajemen bencana yang efektif. Negara ini kemudian membentuk sistem manajemen bencana yang efisien untuk menangani bencana alam semacam itu.

Sumber : detik

Bagikan :