Pjs Wali Kota Matheos Tan Menghadiri Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tingkat Provsu

Bagikan :

Puncak konflik tersebut adalah tewasnya prajurit TNI Peltu Sujono akibat aksi kekerasan massa pada 14 Mei 1965, saat ia bertugas sebagai pengamanan perkebunan.

Perkebunan Bandar Betsy awalnya merupakan perkebunan milik Belanda yang didirikan tahun 1918. Dalam perkembangannya perkebunan ini telah beberapa kali mengalami restrukturisasi. Saat pemerintah RI melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahan Belanda di tahun 1957, Perusahaan Perkebunan Bandar Betsy diambil alih pemerintah RI dari Perusahaan HVA dan dinasionalisasi menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Setelah beberapa kali mengalami perubahan, perkebunan ini kemudian menjadi PT Perkebunan Nusantara III di Kabupaten Simalungun.

Para penggarap perkebunan menggabungkan diri mereka ke BTI yang berafliasi dengan PKI. Dengan adanya dukungan BTI, para penggarap menanami lahan dengan berbagai tanaman. Kegiatan tersebut dilarang oleh Peltu Sudjono dan tiga anggotanya saat melakukan patroli. Larangan tersebut mendapat perlawanan. Saat salah satu anggota BTI berupaya merampas helmnya, Peltu Sujono memukul anggota BTI itu dengan tongkatnya. Tidak terima dengan tindakan Peltu Sujono, anggota BTI yang berjumlah sekitar 200 orang marah dan kemudian balik menyerang Peltu Sujono dengan peralatan pertanian yang mereka bawa, yang mengakibatkan Peltu Sujono tewas.

Untuk mengenang jasa Peltu Sujono yang gugur mempertahankan perkebunan negara dari aksi anarkis massa BTI, di tahun 1970-an dibuat tugu dengan nama Tugu Letda Sujono (pangkatnya dinaikkan), di Perkebunan Bandar Betsy Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

Bagikan :