Penasehat HCC Eko Pardede : Toba Butuh Pabrik Pakan Ikan Mandiri

Ket.photo: Penasehat HCC, Eko Pardede bersama Tim IT DEL kunjungi petani kolam ikan.
Bagikan :

BALIGE – Kliktodaynews.com|| Penasehat, Hutanta Cerdas Cermat(HCC), Eko Pardede menyampaikan, setelah mempelajari data dari De’Ke dan masukan dari petani, bisa disimpulkan bahwa selama margin produksi masih sangat kecil, upaya perikanan darat di Kabupaten Toba akan sangat sulit diimplementasikan secara luas akibat biaya produksi yang tinggi dan cara mengatasinya adalah dengan membuat pabrik pakan mandiri.

“Karena bahan produksi pakan ini ada semuanya di Toba, sehingga dengan menggunakan teknologi tepat guna dan bekerjasama dengan IT-DEL, maka saya sangat yakin pabrik pakan ini bisa kita wujudkan segera, pungkasnya,”ujar Penasehat HHC, Eko Pardede, Sabtu(15/1/2022) di Balige.

Disampaikan oleh Eko Pardede sekaligus memperkenalkan perhimpunan, Hutanta Cerdas Cermat (HCC) yang merupakan kolaborasi pemuda produktif menjadi inkubator ide di Kabupaten Toba yang memiliki tujuan untuk kesejahteraan masyarakat dan secara ekonomi dan bisnis memberi keuntungan.

Kata Eko Pardede, bahwa program De’Ke adalah salah satu program inkubasi HCC yang layak diimplementasikan pada perikanan darat di Kabupaten Toba karena atas hasil uji coba ternyata memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

“Setelah selama 6 bulan berjalan telah berhasil menemukan berbagai masalah, dan solusinya, termasuk bagaimana Standard Operational Prosedur yang tepat dalam pertanian ikan sehari-hari,”ungkapnya.

Lanjut Eko Pardede, banyak petani ikan sudah mencoba membuat kolam ikan di darat, di kolam tanah atau beton, tetapi pada akhirnya banyak yang tidak berhasil, atau tidak optimal.

“Masalah yang dihadapi adalah biaya produksi yang tidak sebanding dengan harga jual ke pasar ataupun tengkulak. Harga produksi lele misalnya, dengan kondisi pengelolaan sudah sangat efisien dan efektif, adalah sebesar Rp.13.000/kg selama 3 bulan, sementara harga jualnya ke tengkulak adalah 15.000/kg,”ungkapnya.

Ditambahkan oleh Penasehat HCC ini, penjualan retail ke pasar atau pembeli langsung juga sering menjadi kendala karena kurang konsisten dalam jumlah besar. Margin ini masih terlalu kecil dibanding modal dan upaya yang dikeluarkan petani, belum ditambah resiko kematian ikan, kenaikan harga pakan, atau penurunan harga jual.

“Petani rata-rata sudah merasa mengelola pertanian lele ini tidak sulit bahkan sudah memahami, padahal sebenarnya jika SOP nya tidak sesuai, maka biaya produksinya akan membengkak, dan bisa melebihi harga jual di pasar, ketika ini terjadi banyak petani mengalami frustasi berlanjut berhenti,” terangnya.

Kesempatan itu, Ketua Tim IT-DEL, Indra Tambunan, Ph.D menyebutkan pada Program Pengabdian Masyarakat ini bahwa sistem kerja yang dijalankan De’Ke sangat sesuai dengan program IT-DEL untuk dapat membantu masyarakat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi dengan menggunakan teknologi IOT.

“Saat ini program adalah memberikan bantuan pakan dan bibit, agar menjadi prototype sistem perikanan darat yang memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, dan menjadi solusi saat penututupan Kolam Jaring Apung (KJA) diberlakukan kelak,” katanya. (TT/KTN)

Bagikan :