Refleksi Pasca Banjir Bandang di Tapteng, Bencana yang Belum Pernah Ada.

Bagikan :

Pembersihan longsoran yang jatuh ke badan jalan maupun perbaikan badan jalan yang longsor membutuhkan waktu yang lama, sementara masyarakat harus bisa bertahan hidup. Sehingga satu-satunya cara mengutus perwakilan mencari perbekalan pangan ke Pandan.

Penyebab terjadinya Banjir Bandang dan Longsor di Hutanabolon karena hujan deras yang mengguyur selama sepekan terakhir, sehingga membuat tanah perbukitan gembur. Sementara akar kayu penopang air, tanah dan batu di perbukitan sudah minim mengingat banyaknya aktivitas penebangan kayu dan pergantian tanaman dari kayu hutan menjadi sawit.

Amatan di lapangan, sepanjang jalan Sigiring-giring ke Tapian Nauli, tepatnya berada di atas perbukitan Hutanabolon sudah banyak alih fungsi tanaman hutan menjadi sawit. Bahkan beberapa kepala desa juga menanami sawit. Sementara tanaman sawit kita tahu berakar serabut, bukan akar tunggal yang bisa menahan tanah, supaya mencegah longsor.

Entah siapa yang salah, apakah alam yang sudah tua, atau kita yang serakah maupun bodoh sehingga bisa “diperbudak” kepentingan sesaat tanpa memikirkan dampak yang akan kita tanggung.

Tentunya kita bukan mencari kesalahan atas musibah yang terjadi. Tetapi bencana itu perlu menjadi refleksi untuk semakin berbenah di kemudian hari. Jika beberapa waktu lalu kita mudah menebangi kayu hutan, tanpa menanami penggantinya atau jika beberapa waktu lalu kita mengganti tanaman hutan menjadi sawit, maka ke depan bisa evaluasi kembali.

Bagikan :