Refleksi Pasca Banjir Bandang di Tapteng, Bencana yang Belum Pernah Ada.

Bagikan :

“Kejadiannya pada pukul 08.00 WIB, namun tidak ada korban jiwa,”kata Gultom.

Warga Pasar Baru Pandan, Mareno Siregar (50) yang rumahnya berada di Jalan Baru Pandan mengatakan luapan air dari Hutanabolon mengalir begitu deras dalam hitungan 3 jam, yang semula hanya satu lutut naik tajam hingga 2,5 meter. Bahkan untuk menyeberang jalan pun kesulitan karena derasnya air.

“Mirip air bah, kalau saya terlambat meninggalkan rumah, mengevakuasi anak anak mengungsi mungkin saja ceritanya berbeda, karena air naik begitu cepat,”kata Mareno yang seisi rumahnya semua terendam air dan lumpur.

Sekedar diketahui, akibat longsor di Desa Sigiring – giring dan beberapa titik lainnya, 3 desa di Kecamatan Tukka masih terisolir tanpa akses keluar masuk, antara lain Desa Tapian Nauli Saurmanggita, Kecamatan Tukka. Jumlah Dusun 3 dusun, dengan penduduk 90 KK atau sekitar 500-an jiwa.

Desa Aek Bontar, jumlah dusun 1 dengan penduduk 65 KK atau 358 jiwa. Longsor juga terjadi di Desa tersebut menyebabkan 11 orang hilang, 3 Orang diantaranya sudah ditemukan meninggal dunia. Desa Sait Kalangan, jumlah dusun 5 dengan jumlah penduduk 206 KK atau 1.100 jiwa.

Warga kampung terpaksa mengutus perwakilan berjalan kaki lintas hutan untuk mengangkut bahan makanan dari Pandan supaya mereka tidak mati kelaparan. Namun upaya tersebut tidak dapat bertahan lama mengingat banyaknya manusia yang harus ditanggung.

Hutanabolon maupun Sigiring – giring satu – satunya akses ke perkampungan terisolir tersebut.

Bagikan :