Tidak terbayangkan kalau peristiwanya pada malam hari, atau subuh, kemungkinan ribuan orang akan meregang nyawa karena tidak tahu harus pergi kemana, sebab gelap gulita, aliran listrik terputus total.
Meski demikian, luapan air yang besar bercampur rongsokan kayu (ada kayu besar) dan lumpur membuat satu persatu penduduk setempat panik mengevakuasi diri. Apalagi mereka yang memiliki anak kecil dan orangtua yang sudah renta. Jeritan meminta tolong pun terdengar di mana-mana.
Hantaman banjir bandang terparah terjadi di Kelurahan Hutanabolon karena merupakan hulu sungai, dan wilayah perkampungannya yang sempit memanjang di lembah perbukitan. Belasan penduduknya meninggal dunia dan puluhan hilang belum diketahui keberadaannya. (Data dihimpun dari berbagai sumber)
Ada istri yang terlepas dari pegangan suami, sehingga istrinya hanyut dan ditemukan beberapa hari kemudian sudah meninggal dunia. Ada ayah yang lepas dari pertolongan anaknya, hanyut hingga hari kesepuluh pasca bencana belum ditemukan, dan lainnya.
Suara jerit tangis pilu manusia meraung dimana-mana, mencari anggota keluarga yang hilang, maupun mengangkat jenazah dari himpitan akar, kayu, sampah dan timbunan lumpur. Sulit membayangkan bagimana dukacita mendalam itu. Kiranya mereka tabah dan kuat menerima kejadian yang tak pernah terpikirkan.
Selain korban meninggal dunia, di Hutanabolon terdapat kerusakan sejumlah rumah warga yang cukup berat serta persawahan yang luluh lantak. Harta benda yang hilang dan rusak, termasuk kendaraan bermotor.
