Refleksi Pasca Banjir Bandang di Tapteng, Bencana yang Belum Pernah Ada.

Keterangan fhoto Helman Tambunan saat memberikan bantuan.
Bagikan :

TAPTENG – Jeritan histeris warga meminta tolong menggelegar pagi itu, Selasa, 26 November 2025, mulai pukul 08.30 WIB. Kala itu banjir bandang mirip air bah membawa rongsokan kayu dan lumpur menerjang rumah rumah penduduk, ditambah hujan deras yang terus mengguyur tanpa henti.

Setidaknya 7 (tujuh) kelurahan, antara lain Kelurahan Hutanabolon, Kelurahan Tukka, Kelurahan Bona Lumban, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Aek Tolang Induk, Kelurahan Aek Tolang, Kelurahan Sitio-tio dan Kelurahan Sibuluan, dihantam banjir yang datang dari hulu sungai Hutanabolon.

Perbukitan di hulu Sungai Pondok Bambu Hutanabolon, serta perbukitan di hulu Sungai Sigultom Desa Sigiring-giring yang bermuara di Sungai Hutanabolon, mengalami longsor membawa material kayu dan lumpur.

Bahkan rumah penduduk di Desa Sigiring-giring tertimbun tanah longsor – dari puluhan rumah hanya 5 rumah yang tersisa. Desa Sigiring-giring tepat berada di atas Hutanabolon.

Sekejap, dalam hitungan 3 jam atau sekira pukul 11.00 WIB, sejumlah wilayah kelurahan yang disebutkan di atas sudah dipenuhi air, rongsokan kayu dan lumpur. Ada yang sampai seng rumah-rumah penduduk, seperti Perumahan Pandan Asri, dan rumah penduduk yang ada di sekitarnya.

Bahkan Badan Jalan Baru, Kelurahan Pasar Baru Pandan yang membentang sepanjang 2 kilometer terendam mencapai ketinggian 2,5 meter, dan bertahan hingga 20 jam, sebelum perlahan – lahan surut. Sungguh volume air yang sangat besar.

Beruntung kejadiannya pada pagi (terang) hari, membuat penduduk setempat sempat terjaga, dan bisa cepat menyelamatkan diri.

Bagikan :