Filosofinya yang mengalir seperti air mencerminkan sikap rendah hati dan keterbukaannya terhadap perubahan.
“Saya hanya ingin berbuat yang terbaik untuk Simalungun. Ini kampung halaman saya, dan saya sudah selesai dengan diri saya sendiri,” ungkapnya.
Dalam keseharian, Anton Saragih dikenal sebagai pribadi yang religius. Ia istiqamah menjalankan sholat berjamaah dan puasa sunah Senin-Kamis selama hampir tiga dekade. Saat kampanye pun, ia tak pernah absen menjalankan ibadah bersama masyarakat di berbagai masjid.
Keistiqamahannya ini membuatnya menjadi sosok teladan, khususnya bagi umat Islam di Simalungun.
Dekat dengan Media, Terbuka pada Kritik
Salah satu keunikan H. Anton Saragih adalah kedekatannya dengan insan media. Ia tak segan berdialog, berdiskusi, dan membuka ruang diskusi bersama para jurnalis. Bagi Anton, media adalah cermin masyarakat, alat kontrol sosial yang penting untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi pemerintahan.
“Media di Simalungun itu baik. Kritik itu perlu, asal berdasarkan data dan fakta. Saya anggap itu sebagai bentuk cinta untuk perbaikan daerah,” katanya.
Anton bahkan menegaskan pentingnya pelibatan media dalam kegiatan seperti Focus Group Discussion (FGD), agar pembangunan berjalan dengan perspektif yang lebih kaya dan akurat.
Simalungun adalah Rumah
Baginya, Kabupaten Simalungun adalah rumah besar yang harus dirawat dengan cinta dan kerja keras. Ia menginginkan kenyamanan dan keamanan bagi seluruh “penghuni rumah” ini, yaitu masyarakat Simalungun.