SIMALUNGUN-Kliktodaynews.com Dampak dari belajar luring akibat covid19. Sebanyak dua belas siswa siswi SD 097382 Bulu Malando dan SD 091456 Pondok Bulu, Nagori Pondok Bulu Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun, Sumut, Hingga saat ini siswa siswi tersebut belum dapat membaca.
Demikian diungkapkan para guru sekolah dasar dan kedua kepala sekolah saat dijumpai wartawan pada rabu, 7/04/2021 di Pondok Bulu wilayah pendidikan SD negeri tersebut.
Resnawati Sidauruk kepala sekolah SD 097382 Bulu Malando, mengatakan sebanyak lima orang siswanya yang duduk dibangku kelas satu hingga saat ini belum bisa membaca akibat covid19.Dan kepala sekolah sudah membuat surat persetujuan dari orang tua agar belajar tatap muka dilakukan.
“5 orang belum bisa membaca akibat luring ini. Padahal Kalau kita buat belajar tatap muka langsung dimarahi pimpinannya” ujar Resnawati.
Akibat dari minimnya pengetahuan siswa dampak dari belajar luring, dirinya sudah membuat surat persetujuan dari para orang tua murid supaya diadakan belajar tatap muka. Surat persetujuan itu kata Resnawati, sudah diserahkan ke dinas pendidikan kabupaten Simalungun.
Resnawati mengakui banyak dampak belajar luring tersebut. Mulai dari proses penyalahgunaan anak anak bermain game. Mereka beralasan ke orang tua belajar padahal bermain game, kadang anak anak itu diajak (diundang) kita bermain game, ujarnya.
Ditempat berbeda, Gedung sekolah berseberangan dengan binaan kepala sekolah Resnawati. Kepala Sekolah SD Negeri 091456 Nurhamsah Tindaon dan para guru juga mengatakan sebanyak tiga siswa siswi nya yang duduk dibangku kelas dua SD dan empat orang kelas satu belum bisa membaca.
“Kalau disini tiga orang kelas dua belum bisa membaca, mengeja belum lancar. Sedangkan anak didik yang duduk dibangku kelas satu sebanyak empat orang” ungkap guru SD tersebut.
Sesudah wartawan menanyakan dan dijawab para guru hal tersebut, mereka justru kembali menanyakan kepada wartawan, untuk apa pertanyaannya berapa siswa tidak bisa membaca?? Apakah wartawan bisa memberikan solusinya? Malah tanya seorang kepala sekolah.
Akibat dari belajar luring, sebagian para murid belum bisa membaca. Guru SD tersebut malah mengharapkan bantuan para orang tua siswa siswi untuk mengajar anak-anaknya dirumah masing masing.
“Orang tua itu lah kita harapkan mengajar anak-anaknya dirumah. Kami bilangnya sama orang tuanya bagaimana bisa naik kalau tidak bisa membaca” ungkap guru itu.
Sekitar dua bulan menjelang penaikan kelas, menurut guru di SD negeri 091456 itu, masih menunggu perintah dari dinas pendidikan untuk melakukan ajaran khusus bagi para murid yang tak bisa membaca kepada siswa didiknya.
“Sejauh ini untuk mengajari secara khusus untuk anak-anak itu belum ada intruksi dari pusat” ujar mereka.
Sementara saat dimintai tanggapan salah satu pemerhati di Sumut, Lipen Simanjuntak terkait anak didik di sekolah dasar SD Negeri di nagori Pondok Bulu mengharapkan dinas pendidikan Simalungun agar mengintruksikan para guru yang ada siswanya belum bisa membaca agar diajari satu persatu dengan cara jemput bola.
“Khusus murid yang tak bisa membaca, seharusnya sekali seminggu guru itu pergilah ke rumah siswa untuk mengajari sesuai prokes” ungkap Lipen,(TOM/KTN)