Pematangsiantar-Kliktodaynews.com
Sistem pengelolahan sampah berbasis edukasi dan bisnis pupuk kompos Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar, layak di contoh dan didukung penuh oleh Pemerintah.
Dengan segala keterbatasan, ternyata pupuk kompos yang dihasilkan dinas tersebut, sudah merambah ke petani Simalungun, Tanah Karo dan Dairi.
Pupuk kompos yang dihasilkan dari olahan tersebut sama dengan kompos komersial yang ada. Kalau pengelolahan kompos yang ada dengan zat cairan disebut B4. Untuk DLH Pematangsiantar hanya berbahan pembusukan limbah organik rumah tangga jenis sayuran.
Bahan dasar kompos tersebut, dedaunan pohon di kota Pematangsiantar dan mayoritas hasil rantingan pohon dijalur listrik PT. PLN, Kemudian bahan tersebut digiling dengan mesin lalu di busukan selama 21 hari menggunakan bahan sampah sayuran milik rumah tangga dan pasar di Kota tersebut.
Prosesnya setiap 5 hari dipindahkan pada wadah berupa bak yang sudah disediakan dan maksimal prosesnya, 21 – 30 hari. kata Juwito salah satu pekerja limbah kompos tersebut di Rumah Pengolahan Limbah Kelurahaan Tanjung Pinggir Kecamatan Siantar Martoba.Kamis(6/5/2021).
Bidang ahli pengolahaan pupuk kompos Mario Nababan menjelaskan beberapa hari yang lalu sudah mengirim kompos ke petani di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun sebanyak 5 ton. Harga pupuk 1 kg Rp 2.000.
Saat ini menjadi kendala bagi kita adalah bahan dasar dedaunan dan mesin yang kurang maksimal. Sehingga saat pengelolahan kurang efisien terkait mesin. katanya.
Kepala Dinas lingkungan Hidup Dedy Tunasto Setyawan Senin (3/5/2021) mengatakan sedang berupaya membangun kerja sama dengan stake holder yang ada terkait pemenuhan bahan baku.
“Beberapa waktu lalu kita kerja sama dengan PMKRI Cabang Siantar-Simalungun dalam program jumat bersih, salah satu programnya mengajak gerakan mahasiswa tersebut untuk kerja sama pengelolahan dan suply bahan dasar kompos tersebut. Begitu juga dengan organisasi mahasiswa lainnya”, terangnya.
Saat ini kami membangun komunikasi dengan Universitas Simalungun Indonesia (USI) sebab, kampus tersebut memiliki hutan atau pepohonan didalam kampus, Begitu juga Universitas Nomennsen. Sehingga kerja sama saling menguntungkan akan terjalin baik, pertama kebutuhan dasar kami terpenuhi, kedua mereka tidak perlu membutuhkan tenaga untuk melakukan pembersihan dedaunan sebab, petugas kami yang akan mengantikannya. Kata Dedy sekaligus alumni USI tersebut.(RR/KTN)