Dia optimis ke depan dengan pengelolaan semakin baik maka kesejahteraan masyarakat di kawasan Toba akan meningkat pesat, demikian pula pendapatan asli daerah (PAD).
“Jika dibandingkan dengan Geopark Langkawi di Malaysia, Geopark Kaldera Toba (GKT) tidak kalah dahsyat. Dari sisi keragaman hayati, geologi, hingga biologi, Toba bahkan menyimpan bebatuan berusia jutaan tahun. Langkawi mampu menarik lebih dari 3,5 juta wisatawan setiap tahun, yang berdampak besar pada kesejahteraan masyarakatnya. Bayangkan jika GKT mampu mendatangkan satu juta wisatawan saja,” katanya.
Kini tantangan terbesar adalah bagaimana pemerintah kabupaten di kawasan GKT benar-benar mencurahkan perhatian untuk memelihara dan melestarikannya. Kelompok seni dan budaya di berbagai daerah perlu digerakkan, sehingga wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga pesona budaya layaknya Bali.
“Kolaborasi dari pemerintah pusat hingga desa, bersama masyarakat, pelaku usaha wisata, dan seluruh pihak terkait, harus terjalin erat demi mewujudkan GKT sebagai destinasi berkelas dunia,” ujarnya seraya menyatakan
Paket wisata Danau Toba dan Barus harus satu paket yang tidak bisa dipisahkan
Nainggolan mengakui menyatukan potensi pusat, provinsi, dan daerah bukanlah mudah. Namun berkat kerja keras bersama hak itu dapat terwujud.
Ia menambahkan, Gerakan Hijaukan Toba yang digagas Gubernur juga terbukti memberi kontribusi besar dalam setiap tahapan proses pengakuan UNESCO.
Dia mengakui tahapan revalidasi dipenuhi tantangan: mulai dari penataan kelembagaan, penguatan masyarakat, hingga penataan geosite sesuai standar internasional.