Rico Waas: Kepemimpinan Inklusif dan Cinta Tanah Air Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045

Bagikan :

Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial harus benar-benar kita jalankan. Dari Wali Kota sampai kepala lingkungan, semuanya harus memahami makna bernegara melalui nilai-nilai tersebut,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya kesempatan bagi pemuda untuk bersuara dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Ia menuturkan, perjalanan hidupnya sendiri berawal dari dunia seni dan desain komunikasi visual, jauh dari politik.

“Saya dulu seorang seniman dan desainer, bukan politisi. Tapi saya merasa gelisah: mengapa orang-orang kreatif tidak ikut membangun bangsa? Dari kegelisahan itulah saya mulai mencari ruang untuk berkontribusi,” ujarnya.

Perjalanan itu, lanjut Rico Waas, membawanya dipercaya rakyat untuk memimpin Kota Medan.
“Kini saya belajar bahwa kepemimpinan sejati adalah mendengarkan. Tugas kita bukan sekadar memerintah, tapi menciptakan ruang agar semua bisa bersuara. Karena menjadi pemimpin berarti leaders make leaders—setiap pemimpin harus melahirkan pemimpin baru lainnya.”

Rico Waas mengingatkan agar generasi muda tidak kehilangan nilai sosial di tengah kemajuan teknologi dan disrupsi digital ini .
“Kita sering duduk satu meja tapi sibuk dengan gawai masing-masing. Padahal kekuatan bangsa kita justru terletak pada interaksi sosial dan gotong royong. Karena itu, kami di Medan berupaya menghidupkan kembali kegiatan poskamling dan siskamling untuk menumbuhkan rasa kebersamaan.”

Ia juga menyoroti kecenderungan sebagian anak muda yang lebih mengagumi budaya luar ketimbang budaya sendiri.

Bagikan :