Ratusan Mahasiswa Sumut Konsolidasi Peringati 26 Tahun Reformasi

Bagikan :

MEDAN – Ratusan mahasiswa Sumatera Utara dan Jabodetabek peringati 26 tahun reformasi serta Napaktilas kekejaman orde baru, aksi instalasi 2000 tengkorak, 1000 Nisan, pameran foto mimbas diskusi, bertempat di Universitas Mandiri Bina Prestasi, Jalan Jamin Ginting Padang Bulan Kota Medan, Senin (24/6/2024).

Konsolidasi Mahasiswa Sumut Bersatu turut dihadiri moderator Rizki Yusuf Siregar Alumni UISU, Dio Sitepu Mahasiswa UMBP, Sandy Mahasiswa dari Jabodetabek dan narasumber Petrik Rajagukguk serta ratusan mahasiswa dari kampus masing-masing, dengan berbagai tuntutan tolak Tapera, demokrasi mati suri, konflik agraria/tanah adat dan tanah adat milik rakyat.

Sebelum orasi dilanjutkan, terlebih dahulu mahasiswa-mahasiswi, alumni, aktifis menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta dan pembacaan sumpah mahasiswa,hadir perwakilan dari berbagai kampus, Nommensen Medan,Unimed, UISU, Universitas Methodis, Universitas Panca Budi Medan, Santo Thomas (Unika Medan), Polmed Medan dan universitas Bina Prestasi Mandiri Medan.

Tampak terlihat beberapa spanduk bertuliskan 26 tahun reformasi, reformasi dibajak dinasti Jokowi ‘Demi mantu PJ Gubernur Sumut tiba-tiba diganti Hmm.. Negara seperti milik pribadi’. ‘Tanah Adat Milik Rakyat Terus Kenapa di Rampas Perusahaan’. Ada juga bertuliskan ‘Nabung Untuk Rumah Nunggunya Sampai Mati’. ‘Payah Cakap Sudah Belum Kerja Uda Ditunggu Tapera’. ‘Ga Butuh Izin Tambang Kami Butuh Izin Gereja’. dan ‘Harga2 Melambung Tinggi UKT Meroket Bagaikan Sunami’

Dio Sitepu Mahasiswa UMBP mengatakan, terimakasih atas kehadiran undangan dari berbagai mahasiswa Sumut dan Jabodetabek menyempatkan waktu mengikuti 26 tahun reformasi, begitu juga kampus Universitas dan Mandiri Bina Prestasi memberikan tempat untuk melakukan acara untuk berdiskusi.

Sandy dari mahasiswa Jabodetabek itu menegaskan, dari sabang sampai Merauke kami harap pertemuan ini tidak hanya pada agenda 26 tahun reformasi yang hari ini diselenggarakan kawan-kawan aktifis 98 atau pra reformasi memperjuangkan kawan-kawan.

“Kita bisa bebas berorganisasi kita bisa bebas beraspirasi kita bisa bebas berkumpul tanpa mengintimidasi dan segala macam, hari ini kita mengadakan agenda untuk mengenang perjuangan teman-teman pejuang reformasi,” tegasnya.

Pantauan wartawan, para mahasiswa juga menyampaikan, sudah banyak pelanggaran HAM jutaan manusia yang diadili, dibunuh atau yang dibantai tanpa proses pengadilan.

Kemudian kawan-kawan situasi hari ini juga tidak bisa kita menganggap biasa saja, katanya Tapera Tabungan Perumahan Rakyat) memotong dua setengah persen dari pada pekerja perusahaan yang kemudian ketika itu dipotong yang paling pasti adalah pertumbuhan ekonomi akan menyusut atau untuk daya beli masyarakat akan menurun.

Dampaknya ketika daya beli masyarakat menurun resesi ekonomi yang lebih parah lagi definisi dari Tapera ini sudah kontradiksi dengan ramuan yang akan dilakukan oleh negara.

Ini legitimasi oleh permen oleh PP maksudnya untuk pekerja mandiri dia dikenakan iuran 3% jika tidak mau maka pekerja mandiri tersebut dikenakan sanksi oleh negara, apakah pekerja mandiri dalam kelas serta itu apa aja salah satunya adalah Ojek Online, UMKM lalu kemudian kerja freelance itu adalah salah satu dari kelas menggetarkan hati semua adalah politik dinasti yang hari ini menggurita.

kawan-kawan sudah melihat ketika nongkrong di warung melihat foto Bobby Nasution bentuk nyata dari politisi cawe cawe Jokowi yang dijalankan hari ini politik dinasti untuk menjalankan roda kekuasaan.

Sama sekali tidak memberikan kesejahteraan untuk rakyat kecil sama sekali tidak memberikan pembangunan untuk rakyat yang bermanfaat untuk rakyat, kebijakan hanya untuk segelintir orang hanya untuk keluarga-keluarga sangat sederhana, pertanyaannya apakah rakyat di Medan ingin kondisi itu terjadi maka ketika tidak bukan hanya teori yang bisa kita antisipasi tapi harus melalui gerakan nyata menolak keras yang namanya politik dinasti.

Sementara itu narasumber Petrik Rajagukguk menyampaikan, untuk menggugah hati kitahadir di sini bukan dalam kapasitas memanas-manasi tapi beberapa berbagai pengalaman berbagi cerita bagaimana sejarah pergerakan dulu dan kenapa mahasiswa dan dan pemuda harus bergerak jadi mahasiswa adalah kaum kritis.

Memang komponen yang diharapkan mengkritisi untuk mencermati situasi politik dan sosial bangsa dan negara, mahasiswa dianggap ritual kemudian lepas dari kepentingan politik, kepentingan kekuasaan, jadi semua memandang gerakan mahasiswa ini adalah sebagai tumpuan untuk motor perubahan seperti yang terjadi tahun 98.

“Tidak terlepas dari apa proses awal dari pergerakan mahasiswa itu tumbuh muncul tentu berangkat dari kegelisahan sedang terjadi penindasan kita awali tahun 1998,” paparnya.

Petrik menambahkan, berorganisasi melahirkan kebebasan berekspresi, melahirkan pemilu multipartai, melahirkan demokrasi seperti yang inginkan dilahirkan dua reformasi tahun 98 itu adalah pemilu 2014 melahirkan seorang presiden yang yang dari bukan latar belakang bukan ketua umum partai bukan siapa-siapa rakyat biasa bukan pensiunan jenderal bukan konglomerat artinya apa gerakan 98 melahirkan karpet merah terhadap seorang yang namanya Jokowi untuk menjadi seorang presiden.

” Bukan siapa melahirkan harapan anak bangsa mulai dari menjadi pemimpin dari Republik itu harapan Kita lahirlah seorang Jokowi sehingga sangat antusias mendukungnya tapi apa kemudian,” ujarnya.

Acara berjalan lancar, dilanjutkan penaburan karangan bunga kepada pahlawan reformasi di lokasi Universitas Mandiri Bina Prestasi.
(Douglas/ktn)

Bagikan :