Polres Samosir Gelar Rekontruksi Ulang Pembunuhan Rianto Simbolon

Tujuh anak almarhum Rianto Simbolon bersama kuasa hukumnya saat mendatangi Poldasu
Tujuh anak almarhum Rianto Simbolon bersama kuasa hukumnya saat mendatangi Poldasu
Bagikan :

Dwi Ngai Sinaga , SH Harapkan Rekonstruksi Harus Sesuai Fakta dan Dilakukan Dari Awal Kejadian

Medan – Kliktodaynews.com Pasca pertemuan tujuh anak almarhum Rianto Simbolon dengan Wadirreskrimum Polda Sumut , AKBP Faisal Napitupulu , Senin (30/11) kemarin akhirnya pihak Polres Samosir akan mengelar rekonstruksi ulang hari ini , Kamis (3/12) di Desa Sijambur Ronggur Ni Huta , Samosir.

Hal ini disampaikan oleh kuasa hukum keluarga almarhum Rianto Simbolon , Dwi Ngai Sinaga ,SH , MH dan Bennri Pakpahan SH , Rabu (2/12).

“Jadi kita sudah mendapatkan undangan dari Polres Samosir akan dilakukan rekonstruksi di Desa Sijambur Ronggur Ni Huta ,” ucap Dwi.

Sambung , Direktur LBH IPK Sumut ini dalam hal ini pihaknya mematuhi undangan tersebut , tapi dalam hal ini pihaknya tetap akan melihat sejauh mana rekonstruksi yang dilakukan Polres Samosir.

” Rekonstruksi di tempat kejadian perkara ini akan kita lihat apakah rekonstruksi dari seluruh rangkaian awal fakta yang telah disampaikan Kapolres Samosir dari awal mengelar temu pers bersama rekan-rekan wartawan atau lanjutkan rekonstruksi yang dilakukan ditanggal 26 November ,” ucapnya.

Dwi dengan tegas menyatakan bila rekonstruksi tersebut lanjutan awal dari rekonstruksi yang sebelumnya pihaknya akan mengajukan keberatan .

” Kita akan protes keras bila rekonstruksi ini lanjutan dari yang sebelumnya dilakukan Polres Samosir serta tegas kita menyatakan agar korps Adhyaksa Samosir menolak BAP yang telah dibuat.Dan bila rekonstruksi ini dilakukan dari awal kejadian kita berikan apresiasi penuh ,” ucap Dwi yang juga tim LBH PPTSB se-Dunia ini.

Ia juga menyampaikan kepada masyarakat kehadiran anak-anak almarhum Rianto Simbolon di Kota Medan pihaknya berupaya memberikan sedikit rasa penghiburan.

” Jangan katakan kami melakukan eksploitasi justru kami ingin menghilangkan rasa trauma.Dan disini kami tegas mempertanyakan mana kehadiran pemerintah.Karena perlu dipahami secara bersama pemerintah daerah sudah dari sejak awal menjanjikan untuk pendidikan , tapi hingga kini tidak terealisasi ,” kata Dwi.

Sambung , Dwi juga mengingatkan ketika kehadiran Komnas PA , Arist Merdeka Sirait juga turut serta hadir perwakilan pemerintah serta menitipkan pesan agar bisa mengobati rasa trauma anak.

” Saat itu sudah diminta menghadirkan tim psikolog .Dan kehadiran beliau turut serta didampingi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pemkab Samosir sebagai bagian perpanjangan tangan pemerintah ,tapi apa yang terjadi hingga detik ini semua hanya bisa bicara , tanpa perbuatan ,” tegasnya.

Sedangkan , Wadirreskrimum Polda Sumut , AKBP Faisal Napitupulu menyatakan bahwa pihaknya telah menurunkan tim ke Samosir untuk melihat proses perjalan kasus tersebut.

Laporkan Polres Samosir ke Propam Polda Sumut

Sekedar mengingatkan tujuh anak almarhum Rianto Simbolon datang ke Medan untuk mencari keadilan.

Bahkan , Dwi Ngai Sinaga dan timnya melaporkan pihak Polres Samosir ke Propam Polda Sumut karena didalam perjalanan rekonstruksi kasus tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah disampaikan Kapolres Samosir , AKBP. M.Saleh.

Sekedar mengingatkan saat di Polda Sumut ,Dwi bercerita kedatangan ke Polda Sumut untuk melaporkan kejanggalan yang terjadi dalam rekonstruksi pembunuhan Rianto Simbolon yang digelar di Mapolres Samosir.

Adapun tersangka pembunuh Rianto Simbolon , yakni Bilhot Simbolon (27), Tahan Simbolon (42), Parlin Sinurat (42), Justianus Simbolon (60) dan Pahala Simbolon (24). Sedangkan 1 orang lagi sedang diburu dan berstatus DPO.

Dan, pada rekonstruksi itu , kata Direktur LBH IPK Sumut tersebut polisi tidak ada memunculkan alat bukti batu bata dan 4 pisau serta siapa pemeran yang menggunakan barang bukti tersebut.

Alat bukti serta peran beberapa tersangka, menurut Dwi Sinaga, kini kabur.

Lalu perbedaan hasil hasil visum sebelumnya yang dinyatakan 11 tusukan, kini malah berkurang 4-5 tusukan saja yang dipaparkan polisi.

“Alat bukti batu bata itu tidak ada perannya, empat pisau itu pun tidak ada perannya. Masa penyidik mengatakan itu versi Pahala,” ujar Dwi saat itu.(ROM/KTN)

Bagikan :