Pilkada Medan Tidak Menjanjikan Perbaikan Kesehatan Anak dan Perempuan

Koordinator Program Pengendalian Tembakau Yayasan Pusaka Indonesia, Elisabeth Juniarti SH.
Bagikan :

Medan-Kliktodaynews.com Tinggal satu hari lagi, masyarakat Medan akan menentukan pilihannya, akan ke mana suara akan diberikan. Namun sangat disayangkan pesta demokrasi yang diharapkan membawa perubahan besar tidak signifikan dengan janji yang ditawarkan oleh kedua pasangan calon yakni Akhyar-Salman dan Bobby-Aulia.

Khususnya terhadap isu kesehatan anak dan perempuan. Hal tersebut disampaikan Koordinator Program Pengendalian Tembakau Yayasan Pusaka Indonesia, Elisabeth Juniarti, SH. Senin(7/12/2020).

Dari analisis Pusaka Indonesia, visi misi yang disampaikan kedua pasangan tersebut lebih kepada pembangunan infrastruktur, memoles kota, mengatasi banjir, peningkatan bidang ekonomi serta janji klasik untuk membersihkan ASN dari praktek korupsi.

“Visi misi yang disampaikan lebih ditataran teori. Tidak ada visi misi yang lebih membumi yang bisa menyentuh langsung pada persoalan meningkatkan kualitas generasi muda Kota Medan.”

Kota Medan sendiri masih dihadapkan pada persoalan yang cukup krusial yaitu kasus “anak stunting” yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kota Medan. Tapi tidak satu calonpun yang berani menawarkan konsep bagaimana mengatasi stunting anak dengan pembangunan kesehatan yang terintegrasi.

Memang penyebab utama stunting anak adalah karena kurang seimbangnya asupan gizi anak, dan hal ini bisa terjadi karena orang tua si anak lebih mementingkan membeli rokok daripada membelikan susu dan telur bagi anaknya. Belum lagi kebiasaan orang tua yang merokok di dalam rumah akan menurunkan kualitas kesehatan anak dan isterinya. Di luar rumah anak juga di kepung dengan iklan rokok yang mencuci otak mereka seolah-olah rokok adalah produk yang baik dan tidak merusak kesehatan.

Selain itu yang tidak kalah memprihatinkan, masih menurut Elisabet, dari hasil penelitian di 5 kota satu diantaranya kota Medan, ditemukan data bahwa terdapat peningkatan jumlah perokok, termasuk perokok anak- anak. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 menyebutkan bahwa saat ini sejumlah 19,2 persen pelajar usia 13 – 15 tahun di Indonesia adalah perokok aktif. Sementara Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan bahwa perokok anak usia 10 – 18 tahun saat ini di Indonesia telah mencapai 9,1 persen, meningkat dari 7,2 persen di tahun 2013. Secara tren kenaikan, perokok pemula (yang baru mencoba rokok) naik sangat signifikan sebesar 240 persen selama sepuluh tahun (Riskesdas 2007, 2013, 2018).

Menurut Elisabeth pembangunan kesehatan generasi muda khususnya berkaitan dengan pengendalian rokok di Kota Medan harusnya juga turut menjadi prioritas bagi kedua calon ini jika ingin menyelamatkan bonus demografi dan masa depan Kota Medan. Jika tidak, percuma saja pembangunan infrastruktur, penguatan ekonomi, jika kesehatan masyarakat khususnya generasi muda rendah.

“Calon walikota nantinya harus memperketat Kawasan tanpa rokok (KTR), serta membuat aturan bagi penjualan rokok,” ujar Elisabet. Dalam hal ini Elisabet menyarankan agar masyarakat memilih dengan bijak, calon mana yang memiliki komitmen besar untuk kebaikan dan kepentingan masyaratnya. Jangan salah memilih apa lagi memilih karena diberi uang imbalan.

Sumber : Pusaka Indonesia

Bagikan :