Selama bertugas sebagai Kapolres hingga direktur penyidikan KPK dan Kapolda Sulawesi Utara, beliau sangat dekat dengan wartawan hingga akhirnya menjadi Kapolda Sumut dan mendirikan Balai Wartawan,” kata wartawan senior tersebut.
Dengan kedekatannya kepada wartawan, beliau benar-benar melihat bahwa wartawan itu bisa diajak kerja sama makanya beliau dalam 1 dari 8 commander wish menyebutkan,”Jadikan Wartawan sebagai Mitra Strategis menjaga Kamtibmas di Sumatera Utara”.
Awalnya, kata Jos Tambunan, pak Panca mau membuat Balai Wartawan di gedung samping Masjid namun pihak Dit Intelkam membutuhkan gedung itu sebagai pelayanan SKCK. Oleh salah seorang PJU menyarankan agar Balai wartawan dibuat di samping kantin Pujasera.
“Sebenarnya pak Panca waktu itu menginginkan balai wartawan itu dekat dengan gedung utama, bukan dibelakang apalagi diluar dari Mapolda Sumut. Tapi karena lokasinya tidak ada lagi sehingga jadilah dibangun Balai Wartawan,” jelasnya.
Jos tambunan yang telah puluhan tahun menjadi wartawan di Polda Sumut itu menilai penggusuran Balai Wartawan sebagai bentuk kurangnya harmonisasi pimpinan Polda Sumut dengan para awak media. Dikawatirkan lambat laun wartawan tidak diperbolehkan masuk ke balai di lantai 2 Prana Cafe karena melewati penjagaan pintu 3 keluar PJU.
Dia menilai, jika pimpinan Polda Sumut berupaya meningkatkan usaha bisnis Bhayangkari alangkah baiknya dibangun gedung baru dilahan kosong dekat parkiran, yang mana lahan masih luas di Polda Sumut.