Siantar Rawan Banjir Dan Longsor, Pemko Mengajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Bagikan :

Pematangsiantar-Kliktodaynews.com Kota Pematangsiantar dilalui banyak sungai dan anak sungai. Dengan tingginya curah hujan, maka beberapa sungai ini menjadi indikasi faktor pemicu terjadinya potensi bencana longsor dan banjir bila tidak dikelola dengan baik.

Demikian dipaparkan Walikota Pematangsiantar H Hefriansyah SE MM saat memimpin langsung apel peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional Tingkat Kota Pematangsiantar tahun 2019, di halaman Pusat Spiritualitas Maria Bunda Karamel, Jumat (26/4) pagi. Dikatakannya dalam kegiatan bertemakan Kesiapsiagaan Dimulai Dari Diri, Keluarga dan Komunitas itu, diperlukan satu momen serta gerakan bersama untuk melatih kesiapsiagaan dan menumbuhkembangkan sikap budaya sadar bencana bagi semua unsur masyarakat.

Hefriansyah pun mengimbau seluruh pihak untuk dapat mengoptimalkan mitigasi bencana yang ada di Pematangsiantar. Sebab, mengantisipasi berbagai bencana merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pada masa terjadinya bencana, namun juga setelah bencana.

Dilanjutkan Hefriansyah, berdasarkan analisis dan pemetaan daerah rawan bencana di Pematangsiantar tahun 2017, dapat dilihat potensi bencana yang terjadi adalah banjir, longsor, puting beliung, dan gempa. Kondisi topografi dan morfologi dari Kota Pematangsiantar adalah datar dan memiliki atau dilalui cukup banyak sungai dan anak sungai, antara lain Daerah Aliran Sungai (DAS) Bah Bolon meliputi sungai Bah Bolon, lintas kabupaten meliputi Bah Biak dan Bah Barambang, serta DAS Bah Hapal lintas kabupaten meliputi sungai Bah Kapul dan Sigulanggulang. Dengan tingginya curah hujan, maka beberapa sungai ini menjadi indikasi faktor pemicu terjadinya potensi bencana longsor dan banjir bila tidak dikelola dengan baik.

“Berdasarkan data nasional yang disampaikan pada Rapat Kerja Nasional BPBD Februari 2019 di Surabaya, 90 persen bencana alam disebabkan faktor ulah manusia yang merusak ekosistem lingkungan. Di samping itu, arah dan gambaran tren bencana global ke depan pun cenderung meningkat karena pengaruh beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah penduduk, urbanisasi, degradasi lingkungan, kemiskinan, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pengaruh perubahan iklim global. Kondisi-kondisi ini semakin sering terjadi di hampir semua daerah, termasuk wilayah Kota Pematangsiantar,” papar Hefriansyah.

Karenanya, sambung Hefriansyah, dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) yang diperingati setiap tanggal 26 April, ia mendorong stakeholder terkait untuk mengedepankan empat hal dalam menghadapi bencana. Yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini.

“Jangan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional menjadi seremoni, tetapi upayakan konkret untuk mengubah perilaku untuk membangun kesiapsiagaan diri, keluarga, dan komunitas. Juga melatih evakuasi dengan tenang dan tidak panik merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi ancaman bencana,” sebut Hefriansyah.

Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pematangsiantar Drs Midian Sianturi melaporkan, sejak disahkannya Undang-undang (UU) RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana tanggal 26 April 2007, maka terjadi perubahan paradigma penanggulangan bencana, dari perspektif responsif ke preventif. Perubahan paradigma ini, katanya, harus diikuti perubahan pola perilaku.

“Kita perlu berperan aktif menjaga keseimbangan alam dengan memerhatikan aspek kelestariannya serta mempunyai perilaku yang aman bencana (safety cuture),” katanya.

Selain itu, perlu gerakan aksi bersama meningkatkan kapasitas pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, keluarga, dan individu agar mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat melalui edukasi kebencanaan dan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan berkesinambungan, sesuai arahan Presiden Republik Indonesia pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) tahun 2019 di Surabaya.

Tujuannya, kata dia, membangun awareness/kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak.

Sedangkan sebagai rangkaian kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional Kota Pematangsiantar Tahun 2019, yaitu edukasi bencana kepada anak didik Taman Kanak-kanak (TK), edukasi bencana kepada Tim Penggerak PKK kecamatan Siantar, serta simulasi evakuasi bencana dengan melibatkan beberapa siswa SMA sederajat dan mahasiswa dengan instrukstur personil BPBD.

Juga ada penanaman Rumput Vertiver dan bibit pohon yang merupakan kegiatan pendukung.

Target peserta 250 orang, yang terdiri atas aparatur pemerintah daerah, rumah sakit pemerintah dan swasta, PMI, instansi vertikal, lembaga usaha dan perbankan, media, tokoh agama dan masyarakat, remaja mesjid dan gereja, komunitas, ikatan profesi, mahasiswa, pelajar, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat umum. (red)

Bagikan :