Sedangkan Mangatas memiliki nyali kepemimpinan.
“Sobs, sejatinya ini soal nyali kepemimpinan, bukan yang lain. Dia itu Sang Petarung,” tandas Kristian Silitonga.
Katanya, seorang pemimpin harus memiliki keberanian mengambil kebijakan fundamental (mendasar), serta menentukan arah yang jelas untuk Kota Siantar.
“Pemimpin harus memiliki nyali untuk mengambil kebijakan fundamental. Dan berani menentukan arah yang jelas, mau dibawa kemana kota ini,” tuturnya.
Dengan demikian, sosok pemimpin seperti itu akan berani mengambil resiko dan terobosan kebijakan, demi mengejar ketertinggalan pembangunan Kota Siantar dari daerah lain.
“Sekali lagi, itu ada pada diri Mangatas Silalahi,” ujarnya, sembari menambahkan, sosok petarung itu dibutuhkan, disaat kondisi Kota Siantar sedang tidak baik-baik saja, bila dibandingkan dengan daerah lain.
Sosok petarung diperlukan, lanjut Kristian, untuk mengelola beraneka kendala dan keterbatasan yang menghambat pembangunan Kota Siantar.
“Jadi, ini soal nyali kepemimpinan yang berani membuat perubahan. Ini soal mengenal dan memahami jati diri Siantar itu sendiri. Apa itu? Siantar itu punya sejarah besar dan dihuni oleh warganya yang tangguh dan memiliki jiwa petarung dalam mengarungi aktifitas kehidupannya sehari-hari,’ cetusnya.
“Pada titik itu, kota para petarung sejenis ini akan lebih cepat maju dan melompat lebih tinggi, apabila memiliki pemimpin yang mentalnya mental petarung pula. Dan bukan pesolek,” tandasnya kembali.
Tak lupa pengamat sosial dan pemerintahan ini mengingatkan, bahwa pemimpin bergaya seremonial, yang hanya “bermain” di wilayah aman dan rutinitas semu, sangatlah tidak cocok untuk Kota Siantar.