SETARA Institute dalam studi ini menurunkan konsep toleransi ke dalam beberapa sistemik kota yang dapat memengaruhi perilaku sosial antar identitas dan entitas warga. Variabel tersebut yakni: kebijakan-kebijakan pemerintah kota; tindakan-tindakan aparatur pemerintah kota; perilaku antar entitas di kota, termasuk warga dengan warga, pemerintah dengan warga; serta relasi-relasi sosial dalam heterogenitas demografis warga kota.
Secara khusus disebutkan, dinamika terlihat di Kota Pematangsiantar yang naik dari peringkat 11 pada IKT 2023 menjadi peringkat 5 pada IKT 2024 dengan skor 6,115. Kenaikan peringkat ini ditopang kepemimpinan politik (political leadership) yang sangat promotif terhadap pembentukan ekosistem toleransi di Kota Pematangsiantar. kepemimpinan politik tersebut menggerakkan kepemimpinan birokrasi dan kepemimpinan kemasyarakatan di Kota Pematangsiantar untuk menggelorakan serta memastikan agenda pemajuan toleransi terus berkembang.
Piagam penghargaan bagi Kota Pematangsiantar diserahkan Wakil Dewan Pembina SETARA Institute yang diterima langsung Wali Kota Wesli Silalagi.
Adapun 10 peringkat terbaik kota toleran berdasarkan IKT SETARA Institute: Salatiga (skor 6,544); Singkawang (6,420); Semarang (6,356); Magelang (6,248); dan Pematangsiantar (6,115).
Kemudian Sukabumi (5,968); Bekasi (5,939); Kediri (5,925); Manado (5,912); dan Kupang (5,853).
Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi usai menerima penghargaan mengucapkan terima kasih kepada SETARA Institute yang telah memberikan penilaian baik kepada Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran.
Penghargaan tersebut, kata Wesly, merupakan kehormatan besar bagi Kota Pematangsiantar dan menjadi bukti usaha dan kerja keras serta komitmen dalam membangun toleransi dan kerukunan di Kota Pematangsiantar telah diakui.