Jualan Pendirian Perguruan Tinggi Negeri di Siantar Menjelang Pilkada 2020 Laris Manis

Lundu Ferryanus Parhusip selaku alumni Universitas HKBP Nommensen dan juga sekretaris cabang GMNI Pematangsiantar
Lundu Ferryanus Parhusip selaku alumni Universitas HKBP Nommensen dan juga sekretaris cabang GMNI Pematangsiantar
Bagikan :

Pematangsiantar-Kliktodaynews.com Pilkada serentak akan segera muncul di depan mata tahun 2020, dan Siantar ikut ambil bagian dalam pesta demokrasi ini. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi seluruh komunitas, akademisi, dan praktisi politik. Melihat baliho yang memusatkan perhatian mulai dari putra daerah yang diganyang ganyang ikut dalam pikada maupun dari luar kota Siantar yang mengaku anak Siantar asli.

Banyak nya calon walikota yang mendaftarkan diri ke parpol merupakan suatu apresiasi yang baik mengingat tingkat kepedulian akan kota Siantar yang stagnant dan ingin merubah Siantar lebih baik lagi. Dalam hal ini Lundu Ferryanus Parhusip selaku alumni Universitas HKBP Nommensen dan juga sekretaris cabang GMNI Pematangsiantar angkat bicara, mengenai laris manisnya jualan dari setiap calon walikota mengenai mendirikan PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di kota Pematangsiantar.

“Dalam konstalasi saat ini banyak nya calon walikota yang mengumbar janji akan mendirikan PTN ketika diberikan amanah oleh rakyat merupakan bukan hanya sekedar janji belaka, telah terlampau lama masyarakat mendengar akan pendirian PTN di Siantar ini dan hampir setiap pilkada ini selalu berkumandang ibaratkan sebuah lagu yang dikumandangkan di ajang Pemilukada”.

Masyarakat terlampau banyak dibohongi dengan janji-janji palsu yang justru membuat masyarakat tidak percaya lagi kepada janji-janji setiap calon yang akan lulus dari setiap parpol.

Ajang pendirian PTN bukan jualan terlaris saat ini. Yang menjadi gagasan sebenarnya bagaimana setiap calon harus mulai memutar pemikiran 360 derajat akan sebuah pembangunan kota Siantar yang mampu memikat orang untuk benar-benar singgah dan mau mengeluarkan uangnya di Siantar dengan menciptakan keidentikan khas kota Siantar yang munculkan di era sekarang. Mengingat pembangunan jalan tol yang akan melintasi kota Siantar. Sehingga Siantar dapat menjadi kota mati seperti yang dialami pasar bengkel.

Solusi yang harus dihadirkan setiap balon walikota adalah memajukan sektoral kuliner, keberagaman budaya, dan kreatifitas yang dilahirkan oleh pemuda di kota Pematangsiantar.

Di lain sisi kita melihat belum adanya sebuah kota yang dilalui jalan tol bisa benar-benar maju apabila tidak ada daya tarik tersendiri dari kota tersebut, tutupnya. (TIM/KTN)

Bagikan :