Mengenai Raja Sang Naualuh Damanik, jika literasinya kurang mari kita sama-sama menambahkan,” tuturnya.
Ia mengaku sudah berkali-kali mempertemukan sejarawan yang ada di Kota Pematangsiantar, lewat kajian dan seminar, yang akhirnya mendapatkan akar sejarah perjuangan Raja Sang Naualuh Damanik.
“Saya yakin kolaborasi dan sinergi kita, antara Pemko Pematangsiantar dengan Pemkab Bengkalis, yang sudah didahului oleh Raja Sang Naualuh Damanik sang pahlawan kita, dapat menjadi lebih hebat lagi. Dan diteruskan generasi-generasi kita selanjutnya,” ujarnya.
Kegiatan ini turut diisi dengan pemberian seperangkat pakaian adat Simalungun kepada Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso dan istri Siti Aisyah, serta penyerahan cinderamata.
Di momentum tersebut, Bagus Santoso menerima gelar kehormatan marga Damanik, dan istrinya Siti Aisyah menjadi boru Sinaga.
Sebelum menghadiri silaturahmi dan makan siang bersama, Wesly bersama Bagus Santoso mengunjungi bangunan bekas penjara peninggalan masa penjajahan Belanda, yaitu Bangunan Benteng Huis Van Behaurin. Bangunan Huis Van Behauring ini dibangun tahun 1810, dan dulunya berfungsi sebagian penjara bagi raja, tokoh masyarakat dan siapa saja yang menentang Belanda.
Raja Sang Naualuh Damanik pernah dipenjara Belanda di Huis Van Behuaring di Bengkalis. Wesly didampingi Bagus Santoso meninjau ruang penjara tempat Raja Sang Naualuh Damanik ditahan. (*)