Kita menyadari ada diskonektivitas yang harus segera diatasi,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Asosiasi Eksportir dan Eksportir Handicraft Indonesia (ASEPHI) Muchsin Ridjan, menegaskan Inacraft 2025 tidak hanya berfungsi sebagai ajang jual beli, tetapi sebagai sarana edukasi dan kolaborasi lintas komunitas.
“Diharapkan Inacraft tidak hanya menjadi sebuah pameran, namun juga sebagai sarana edukasi dan sosialisasi sehingga semua yang terlibat, baik peserta maupun pengunjung, mendapatkan nilai manfaat yang lebih,” kata Muchsin.
Inacraft 2025 mengangkat konsep Sustainability and Collaboration, dengan fokus pada inovasi berkelanjutan di industri kerajinan. Salah satu kegiatan unik yang dihadirkan tahun ini adalah Mbatik 25 Meter. Pengunjung diajak berpartisipasi mewarnai kain batik menggunakan pewarna alami.
Inacraft 2025 menargetkan kehadiran 100 ribu pengunjung dan 1.000 buyers dari luar negeri, dengan proyeksi kontrak dagang senilai USD 1,5 juta. Pameran ini diikuti lebih dari 1.000 stand yang menampilkan berbagai produk dari UMKM lokal, kementerian, BUMN, hingga peserta internasional.
Inacraft digelar 5-9 Februari 2025. Tahun ini, Inacraft merayakan tonggak sejarah ke-25 dengan menghadirkan lebih dari seribu stand, menempati seluruh area pameran seluas 24.941 meter persegi. Mengusung tema “From Smart Village to Global Market”, Inacraft 2025 menjadi ajang penting bagi para pelaku UMKM di sektor kerajinan untuk memperluas pasar, baik di tingkat domestik maupun internasional. Pameran ini digagas ASEPHI bekerja sama dengan Mediatama Event.