Hanya saja, meski sudah diletakkan batu pertama, Pembangunan juga tidak dimulai. Hingga kemudian, tahun 2024 pembangunan monumen terealisasi.
“Saya mewakili panitia dan ahli waris mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil hingga pembangunan monumen selesai,” sebut Difi.
Difi menambahkan, monumen Raja Sang Naualuh Damanik bukan sekadar bangunan fisik, tetapi merupakan simbol perlawanan kepada penjajah.
“Meski beliau harus dimakzulkan sebagai raja dan dibuang ke Bengkalis demi kepentingan masyarakat. Sehingga sudah seharusnya pemimpin di Kota Pematangsiantar mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi,” tandasnya.
“Mari bangun Kota Pematangsiantar agar lebih maju sehingga perjuangan Raja Sang Naualuh Damanik tidak sia-sia. Saya tidak lahir di Kota Pematangsiantar, tetapi darah Sang Naualuh mengalir di tubuh saya. Saya siap duduk bersama Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk kemajuan kota ini,” sambungnya.
Tokoh masyarakat yang juga Bupati Simalungun H Anton Achmad Saragih dalam sambutannya mengucapkan selamat dan sukses atas peresmian Monumen Raja Sang Naualuh Damanik.
Anton juga mengajak untuk meneladani Raja Sang Naualuh Damanik.