MEDAN – Kliktodaynews.com|| Korban selamat dari bencana longsor di Sibolangit, Ferdinand Tarigan menceritakan peristiwa naas yang dialaminya pada Sabtu (23/10/2021) silam.
Ferdinan menceritakan awalnya berencana berangkat dari Medan sekitar 06.00 WIB ke Desa Tanjung, Kabupaten Karo untuk ziarah ke makam calon istrinya, Sabtu (23/10/2021).
Ia berangkat bersama dengan calon istrinya Novita, calon mertuanya Layani, teman dekatnya Armando, dan teman Novita bernama Gusrini.
Rombongan ini pun berangkat menggunakan mobilnya merk Xenia dan sampai dengan selamat di Desa Tanjung.
Mereka pulang dari Desa Tanjung sekitar pukul 14.30 di hari yang serupa. Rombongan ini pun sempat merilekskan pikiran di Cafe Para sekitar 30 menit.
Setelah itu, mereka berangkat menuju Kota Medan. Diperjalanan rombongan ini sempat mampir sejenak di pasar buah Berastagi untuk membeli oleh – oleh kepada saudara yang ada di Medan.
Saat itu, arus lalu lintas dikatakannya cukup dipadati pengendara. Saat tiba di sekitar Bandar Baru, Armando ditelpon istrinya untuk menanyakan sudah sampai dimana posisinya.
“Armando bilang masih di Bandar Baru. Kami pun berjalan seperti biasa. Ketika kami di Hill Park, ibu Gusrini menelpon Layani untuk membeli lemang lima rasa di cafe daerah Pancur Batu,” katanya.
Armando pun sempat mengatakan kepada Ferdinan untuk diingatkan soal pesanan tersebut. Setelah itu mereka pun tetap berjalan dengan aman.
“Sampai di Cindelaras saya masih sadar. Tiba – tiba kejadian, saya tidak ada mendengar suara gemuruh, atau longsor yang turun,” ujarnya.
“Tiba – tiba saya terbangun. Saya mendengar ada jeritan minta tolong dan mengatakan kaki saya pak, kaki saya pak. Baru saya terbangun. Saya berpikir apakah ketiduran atau mimpi,” sambungnya.
Ferdinan coba membuka matanya namun hanya kegelapan yang tampak. Terpikirnya langsung ia terkena musibah longsor.
Sentak ia pun berteriak meminta tolong. Tim evakuasi yang hadir pada saat itu langsung datang. Didengarnya suara petugas evakuasi yang mengabarkan masih ada korban yang hidup.
Petugas itu langsung memerintahkan untuk membongkar bongkahan batu dan tanah yang menimpanya.
Pertama – pertama proses evakuasi, tanah yang ada di bagian atas tubuhnya dibongkar. Gunanya agar ia bisa bernafas dengan baik terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, Ferdinan baru sadar bagian tubuhnya dari pinggang ke telapak kaki serta tangan kanannya sudah terjepit dan tertimbun tanah.
Ferdinan terus berdoa agar tetap diberi kekuatan untuk bertahan dalam kondisi tersebut.
Rupanya tak lama, dirasanya kebas di bagian kaki dan tangan kanannya. Ia pun teramat cemas. Timbul dalam benaknya nuansa kematian.
Lalu Ferdinan berusaha meminta air kepada warga yang ada di sekitar lokasi. Diingatnya warga itu bermarga Sembiring. Ferdinan meminta air saat itu kepada si Sembiring.
“Lalu disiram air ke tangan kanan. Saya pun merasakan ada semangat baru. Saya minta juga air itu disiramkan ke kaki saya yang mati rasa. Setelah disiram, saya tidak kebas lagi karena terasa air itu,” ungkapnya.
Setelah itu, Ferdinan melihat tim evakuasi kesulitan untuk membongkar bongkahan batu yang menimpanya.
Sebab, sebagian tubuhnya terjepit badan mobil juga. Segala cara terlihat sudah dilakukan tapi tidak bisa.
Tak lama, rupanya datang longsor susulan. Tim evakuasi pun berlarian. Ferdinan tinggal sendiri karena terjebak situasi yang menimpanya.
Dalam momen itu, Ferdinan sudah pasrah sembari berdoa kepada Tuhan. Sebab, tidak satu orang pun yang bisa membantunya.
“Untungnya saya tidak apa – apa. Usai longsor kedua, saya bertanya ke polisi soal alat beratnya. Katanya sebentar lagi datang,” ucapnya.
“Saya sempat bilang ke bapak Sembiring tidak kuat lagi. Tapi bapak Sembiring bilang tidak akan meninggalkan saya sampai selamat,” tambahnya.
Mendengar itu, keputusasaannya sirna dan kembali bersemangat. Rupanya diciumnya ada aroma bensin.
Secepatnya ia sampaikan pesan ke si Sembiring untuk mengingatkan masyarakat yang ada di sekitar untuk tidak menyalakan rokok.
“Saat itu, ada pohon yang menimpa kaki kiri ku dan mau dipotong pakai sing saw. Lalu saya bilang jangan pakai sing saw karena asapnya bisa mengganggu pernapasan,” sebutnya.
Pohon itu akhirnya dipotong secara manual menggunakan pisau. Setelah itu, baru dilihatnya alat berat datang dan tiba – tiba bertambah semangatnya.
Jadi, dikatakannya, dibersihkan dulu areal sekitar barulah diangkat badan mobil yang menimpanya. Kurang lebih ia berada dalam kondisi terjepit selama dua jam.
Setelah berhasil keluar, kebetulan ada ambulance yang melintas dari Berastagi menuju Kota Medan. Ambulance itu lah langsung diarahkan untuk mengevakuasi Ferdinan untuk dilarikan ke RSUP Adam Malik.
Ferdinan menjelaskan posisi duduknya berada di samping Armando yang menjadi sopir. Namun ia membelakangi pintu dan menghadap ke sopir.
“Dibelakang sopir ada Gusrini. Lalu, di tengah ada Layani dan Novita tepat di belakangnya,” tutupnya.
Sumber : tribunnews.com