KLIKTODAYNEWS.COM Disebuah kota yang besar, hiduplah sebuah keluarga, Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, Abang, Kakak, Aku, dan Adikku. Suka duka kami hadapi bersama dan kisah inilah yang pada akhirnya akan membawa ku kepada suatu kesuksesan.
Pagi ini, lembaran baru akan di mulai, masa-masa SMP yang akan dimulai. “Bangun nak, sudah pagi” ucap Ibu “Aduh Bu”, lima menit lagi deh, masih ngantuk Bu’ jawabku dengan lembut. “Nanti terlambat, nak…Hari ini kan hari pertama kamu masuk SMP” balas Ibu ku balik. “Ya udah deh bu…aku siap-siap dulu ya” balas ku, “Iya nak” jawab Ibu singkat.
Hari pertama di lembaran baru memang sangat menyenangkan mendapatkan teman baru, suasana baru, dan tentunya semangat baru. “Semoga saja aku nyaman di sini” Itulah harapan ku pada lembaran baru ini.
Hari demi hari ku jalani bersama mereka teman-teman baru ku, keluarga ku, dan guru-guru baru- ku. Rasa nyaman mungkin membawa-ku pada kisah suka hingga kisah suka itu berubah menjadi duka atau kesedihan-ku. Ibu jatuh sakit karena kelelahan mengurus kami anak-anaknya.
Pagi itu, “Ibu, Ibu, aku terlambat ! Ibu ! Ibu ! Ibu dimana ? “Rumah yang sunyi menunjukkan tidak adanya kehadiran Ibu. Aku teriak “Ibu !!” namun tetap tidak ada jawaban. Aku pergi ke kamar Ayah, Ibu, bahkan saudara-saudaraku, namun tanda kehadiran Ibu tetap saja tidak ada ku-temukan.
Sekarang, Ayah dan saudara-saudara ku berada di ruang keluarga tempat kami berkumpul bersama Ibu. “Ayah, Ibu dimana ?” aku bertanya dengan keadaan cukup panik. “Ibu sakit nak, tadi jam 1 pagi Ayah membawa Ibu ke rumah sakit. Ayah langsung pulang karena Ibu kalian berpesan kepada Ayah untuk mempersiapkan kalian pergi ke sekolah” jawab Ayah. Aku tidak percaya semua ini. Kenapa kesenanganku berganti menjadi kesedihan ? Ini tidak adil. Kata-kata itu selalu mengutuki hatiku. “Ibu… Kenapa Ibu gak pernah bicara soal ini ? Ibu…” Jawab kak Sinta, kakakku. “Doakan saja nak supaya Ibu bisa pulih secepatnya” balas Ayah lembut. “Iya Ayah, mungkin semua ini rancangan Tuhan untuk kita” Jelas bang Simon, abangku. Adikku ?
Ya, Adik-ku hanya bisa memeluk Ayah sambil menangis tersedu-sedu. Akhirnya, hari ini aku memutuskan untuk tidak datang ke sekolah. Begitu juga dengan saudara-saudaraku.
Pagi ini, tepat pukul delapan pagi, Ayah ku, aku, dan saudara-saudara ku pergi ke rumah sakit tempat Ibu kami dirawat. Di ruangan ini lah aku melihat pahlawan kami terbaring lemah. Ibu tak pernah berkata lelah kepada kami anak-anaknya. Ibu selalu mengajarkan kami untuk menjadi perempuan dan laki-laki yang kuat dalam menghadapi apa pun. Sekarang aku tahu bahwa Ibu tak mau membuat kami sedih. Di posisi ku sekarang, aku hanya bisa menangis. “Andai saja ini belum terjadi, mungkin aku akan merawat Ibu lagi bahkan lebih baik dari ini. Aku menyesal Bu, aku menyesal Bu…huhuhuhuhu..” kata ku pelan yang ternyata di dengar oleh bang Simon. “Sudah dik, penyesalan selalu datang terakhir. Tak ada gunanya kita menangis semua ini.. Kita berdoa saja buat Ibu. Mungkin itu jalan yang terbaik” jelas bang Sion. “Iya bang” jawab ku singkat sambil menghapus air mataku. Tak henti-hentinya aku, Ayah, dan saudara-saudara ku berdoa kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan untuk Ibu, pahlawan kami.
Tiga hari kemudian, dokter memberi tahu bahwa Ibu sudah pulih dan bisa pulang ke rumah. Setelah kejadian itu, aku dan saudara-saudaraku menjadi anak yang lebih perhatian ke Ibu dan juga Ayahku. Aku sadar, bahwa semuanya dapat kami lewati hanya karena cinta dan kasih sayang orang tuaku. Kami bisa sukses karena dukungan Ayah dan Ibu. Ayah yang membimbing kami dan Ibu menjadi pendamping kami.
Setelah Ibu sembuh, aku dan saudra-saudara ku kembali bersekolah untuk menuntut ilmu. Di sekolah aku bertemu dengan teman sekelas ku. Di balik kesedihanku, aku merindukan mereka semua. “Pagi Pak Sandi” sapaku dengan senyuman dan lembut. “Pagi juga Riana” jawab Pak Sandi singkat. “Pagi teman-teman” sapaku, “Kalian kangen kan dengan aku..”tambahku. “Tidak!!!” “Gak!!” “Ya, hanya ocehan lah yang aku terima. Namun jawaban mereka membuat aku tertawa kembali. Aku senang bisa kenal dengan mereka semua. Orang tua yang perhatian dan teman-teman ku adalah sumber kebahagiaanku.
Semua kish itu sangat berkesan. Walaupun kisah sedih, setidaknya aku masih bisa mengatasinya. Ya. Nasihat Ayah dan Ibu lah yang membawa aku kepada kesuksesan. Tanpa nasihat orang tua, aku menjadi anak yang kurang perhatian. “Tanpa orang tua, aku tidak ada artinya.”
Karya : Eksaudia Azumi Kezia Simanjuntak
Instagram : @yaelahazumi