Moskow – Kliktodaynews.com|| Pihak Rusia menyatakan kesediaannya untuk melakukan negosiasi perdamaian dengan Ukraina, yaitu dengan beberapa pertimbangan untuk kepentingan semua negara yang terlibat dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini, termasuk Rusia, Presiden Vladimir Putin mengungkapkan hal ini pada hari Rabu (15/05).
Dilansir dari Anews, saat diwawancara oleh kantor berita milik pemerintah China menjelang kunjungannya ke China, Putin ungkapkan kekecewaannya atas kurangnya dukungan dari Negara-Negara Barat terhadap inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk memberikan perhatian yang sama pada tuntutan-tuntutan semua pihak.
Presiden Rusia memuji usulan Cina mengenai masalah Ukraina sebagai langkah yang “praktis dan konstruktif” menuju perdamaian, dan menekankan potensi rencana Beijing untuk membangun fondasi bagi proses perdamaian politik dan diplomatik. Tahun lalu, China menyampaikan 12 poin pernyataan yang menguraikan proposal-proposal untuk mengakhiri perang, yang kemudian ditolak oleh Barat.
“Sayangnya, baik Ukraina maupun para pendukung Barat tidak mendukung inisiatif-inisiatif ini. Mereka tidak siap untuk terlibat dalam dialog yang setara, jujur, dan terbuka berdasarkan rasa saling menghormati dan mempertimbangkan kepentingan masing-masing. Mereka enggan untuk mendiskusikan penyebab yang mendasarinya, asal mula krisis global, yang telah terwujud, antara lain, dalam situasi dramatis di sekitar Ukraina. Mengapa? Karena guncangan global saat ini telah dipicu oleh kebijakan-kebijakan mereka di tahun-tahun dan berpuluh-puluh tahun sebelumnya,” katanya.
Para elit Barat dengan keras kepala mencoba untuk “menghukum” Rusia, mengisolasi dan membuatnya tidak berdaya, memasok pemerintah Kyiv dengan uang dan senjata, serta memberlakukan sanksi tidak sah secara sepihak terhadap Rusia, kata Putin, dan mencatat bahwa jumlah sanksi yang diberlakukan terhadap Rusia sudah melebihi 16 ribu.
“Mereka mengancam untuk memecah belah negara kita. Mereka secara ilegal mencoba mengambil aset-aset luar negeri kita. Mereka menutup mata terhadap kebangkitan Nazisme dan serangan teroris yang didukung Ukraina di wilayah kami,” katanya.
Putin berargumen bahwa Rusia mencari “penyelesaian konflik ini secara komprehensif, berkelanjutan, dan adil melalui cara-cara damai.”
“Kami terbuka untuk berdialog mengenai Ukraina, tetapi negosiasi semacam itu harus mempertimbangkan kepentingan semua negara yang terlibat dalam konflik ini, termasuk kepentingan Rusia. Mereka juga harus melibatkan diskusi substantif mengenai stabilitas global dan jaminan keamanan bagi lawan-lawan Rusia dan, tentu saja, bagi Rusia sendiri,” katanya.
Putin menekankan bahwa masalah utamanya adalah keandalan jaminan karena jaminan tersebut seharusnya diberikan oleh “negara-negara yang lingkaran penguasanya berusaha mengganti tatanan dunia berdasarkan hukum internasional dengan tatanan yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu.”
“Rusia telah bersiap untuk melakukan negosiasi… Namun, alih-alih menandatangani perjanjian damai, tiba-tiba saja pihak Ukraina mengumumkan penghentian negosiasi. Belakangan, petinggi di Ukraina mengatakan bahwa mereka memiliki beberapa alasan, diantaranya karena sekutu-sekutu Barat mereka merekomendasikan agar Ukraina tetap melanjutkan peperangan dan bersekongkol mengalahkan Rusia secara strategis. Kami tidak pernah menolak untuk berunding,” kata Putin.
Beralih pada kerjasama Rusia-Cina, Putin mengatakan bahwa hubungan pribadinya dengan Presiden Xi Jinping berkontribusi pada pengembangan kemitraan antara kedua negara.
Perdagangan bilateral telah berkembang pesat, dengan peningkatan yang signifikan dalam omset dan kerja sama ekonomi yang substansial. Rencana-rencana untuk kolaborasi lebih lanjut di bidang industri, teknologi, dan budaya menandakan masa depan yang menjanjikan untuk persahabatan ini, katanya.
Seiring dengan berkembangnya dinamika global, Rusia dan Cina bersatu dalam komitmen mereka untuk meningkatkan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama melalui keterlibatan diplomatik, interaksi budaya, dan kerja sama multilateral, termasuk di dalam organisasi dan asosiasi internasional seperti blok ekonomi BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai, katanya. (Wtg)