Wali Kota Pematangsiantar dr Susanti Dewayani SpA berkomitmen dan konsisten melestarikan budaya Simalungun. Meskipun beretnis Jawa, namun dr Susanti benar-benar menyadari dan memahami Simalungun sebagai etnis dan budaya asli (lokal) di Kota Pematangsiantar. Sehingga tidak ada keraguan untuk turut serta terus melestarikannya.
Dalam melestarikan budaya Simalungun, dr Susanti melalui Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar menggelar Marumpasa (berbalas pantun) menggunakan bahasa Simalungun.
Kegiatan tersebut berlangsung di Lapangan Adam Malik Pematangsiantar, Kamis (24/11/2022), diikuti 1.848 siswa SMP dan SMA se-Kota Pematangsiantar tersebut berhasil meraih Rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Penampilan Marumpasa Simalungun ini sebenarnya tidak layak memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia atau MURI. Karena lebih layak untuk menjadi rekor dunia,” kata perwakilan MURI dari Jakarta Lutvi Syah Pradana, yang disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta.
Wali Kota Pematangsiantar dr Susanti Dewayani SpA menyampaikan pemecahan rekor MURI untuk Marumpasa Simalungun diharapkan bukan sekadar seremonial. Namun lebih bermakna untuk menggelorakan dan meyakinkan masyarakat Kota Pematangsiantar untuk melestarikan budaya Simalungun.
Hal lainnya yang menunjukkan dr Susanti konsisten melestarikan budaya Simalungun yakni senantiasa mengenakan pakaian adat Simalungun lengkap dengan Bulang (penutup kepala) di berbagai kesempatan, seperti hari besar nasional. Bahkan saat mengikuti karnaval dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Medan di tahun 2023 dan 2024. Dan, tentu saja turut menampilkan budaya Simalungun. Begitu saja saat acara budaya di kegiatan Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia (Apeksi). dr Susanti selalu menampilkan dan memperkenalkan budaya Simalungun.
Kemudian, dr Susanti selalu mendukung dan memberikan ruang untuk pertunjukan budaya Simalungun. Hubungan dan komunikasi dr Susanti dengan Sanggar Rayantara dan Sang Maestro Raminah Garingging terjalin baik, termasuk dalam upaya melestarikan budaya Simalungun.
dr Susanti bersama Ketua Dekranasda H Kusma Erizal Ginting SH juga bersemangat menghadiri pagelaran Simulasi Penampilan Sendratari Warna Simalungun, di Lapangan Parkir Pariwisata, Jalan Merdeka, Minggu (10/09/2023). Di acara tersebut, dr Susanti beserta Erizal menerima makanan khas Simalungun, Dayok Binatur, karena keduanya dinilai konsisten dalam melestarikan budaya Simalungun sebagai budaya lokal di Kota Pematangsiantar.
Dalam sambutannya, dr Susanti mengatakan, Pagelaran Simulasi Sendratari Warna Simalungun merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar bersama Sanggar Rayantara, serta mendapat dukungan dari Balai Pelestarian Budaya Wilayah II Sumatera Utara (Sumut). Juga dengan pihak SMA Kartika 1-4 Pematangsiantar, Komunitas Pecinta Pustaha Pentar Simalungun (Kopi Panas).
Menurut dr Susanti, Indonesia merupakan negara maritim dengan lintas perdagangan. Sehingga terjadi saling mempengaruhi budaya, antara budaya lokal dengan tradisi yang baru, dan akhirnya muncul budaya baru.
“Budaya Toping-Toping Simalungun sudah ada sejak dahulu. Sekarang, kembali kita tampilkan,” katanya.
Pemko Pematangsiantar, lanjut dr Susanti, siap mendukung pelestarian kebudayaan, khususnya kebudayaan Simalungun, agar tidak tergerus kemajuan zaman.
Sementara itu, Ketua Sanggar Rayantara, Sultan Saragih mengatakan Sanggar Budaya Rayantara memiliki produk kesenian dan sudah melahirkan serta meng-upgrade semua yang bersumber dari tradisi Simalungun yang sudah punah.
“Kita berterima kasih kepada Pemko Pematangsiantar. Sanggar Rayantara selalu tampil dalam agenda-agenda Pemko Pematangsiantar,” tukasnya.
Kurator Sendratari Warna Simalungun Tompson HS mengatakan kegiatan berlangsung selama empat hari. Pelatihan ini, lanjutnya, merupakan salah satu upaya pelestarian kebudayaan Simalungun.
Ke depan, Thompson berharap digelar dialog kebudayaan lebih banyak untuk mendukung pariwisata guna mewujudkan Siantar Destinasi Yes, Transit No.
Dalam kesempatan tersebut, pembina Sanggar Rayantara yang juga Maestro Seni Tradisi Simalungun Raminah Garingging yang telah berusia 90 tahun memberikan Dayok Binatur kepada dr Susanti, Erizal Ginting, dan pejabat Pemko Pematangsiantar.
Saat memberikan Dayok Binatur, Raminah Garingging berpesan agar dr Susanti dapat memimpin Kota Pematangsiantar dengan bijaksana dan tetap melestarikan kebudayaan.
Teranyar, Pemko Pematangsiantar melalui Dinas Pariwisata menggelar Festival Seni Budaya Temu Tengah setiap minggu di depan Kantor Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Pematangsiantar. Di pagelaran tersebut, senantiasa ditampilkan berbagai seni budaya Simalungun. (Adveotorial )