Kliktodaynew.com
Apapun jenis dan cara seduhnya, yang penting nikmat pada tegukan. Karena pada kopi, semua tergantung pada penikmatnya.
Oleh karena itu manual brew dan espresso pun masih berdiri eksis sampai detik ini. Third Wave Era pada dunia kopi yang semarak dengan ‘ritual seduh kopi’ yang mencintai tiap prosesnya tak lantas menggeser kedudukan espresso (dan minuman espresso base) di hati penikmatnya. Meski begitu, espresso dan manual brew coffee tentu memiliki perbedaan yang cukup signifikan meski sama-sama berbahan dasar kopi dan air.
Apa yang Membuat Espresso Berbeda?
Saat manual brew coffee melibatkan air, metode penyeduhan manual (seperti pour over, aeropress) yang beragam, suhu dan lain-lain, maka espresso melibatkan air panas pada tekanan tinggi (high pressure). Mesin espresso adalah alat yang sama sekali berbeda dengan alat seduh manual. Level gilingan kopi harus menggunakan yang benar-benar halus (fine) karena ekstraksi takkan berlangsung sempurna jika bubuk kopinya tak halus benar. Dan biji kopi ini dimasukkan ke dalam sebuah benda bernama portafilter sebelum disambungkan ke mesin espresso. Setelah itu terjadilah ekstraksi yang disebabkan oleh high pressure plus hot water. Dan semua proses espresso ini memakan waktu lebih singkat dari manual brew yang lebih menekanan pada “proses” menyeduh kopi. Menikmati ritual sebelum sampai ke tegukan.
Krema pada Espresso
Selain proses menyeduh dan ukuran kopi yang dihasilkan, satu hal lain yang membedakan espresso dari manual brew coffee adalah kehadiran krema pada permukaannya. Krema lahir dari tekanan tinggi air yang bertemu pada kopi di mesin espresso. Saat proses ini terjadi, maka karbondioksida pada kopi (hasil roasting) ikut larut dan menciptakan gelembung-gelembung kecil. Ketika kopi diekstraksi (pada mesin espresso) dan seluruh proses tersebut selesai dan tekanan serta suhu kembali ke titik normal maka cairan tak lagi bisa menampung gas yang ada, di sinilah gas melakukan pelepasan melalui gelembung-gelembung kecil yang kelak dinamakan krema.
Kopi yang segar akan menghasilkan lebih banyak krema. Jadi jika secangkir espresso tak memiliki krema yang banyak, kemungkinan kopi yang digunakan tak lagi segar. Krema juga bisa menjadi indikator rasa dari secangkir espresso. Jika semakin gelap warna kremanya, maka akan semakin kuat rasa espressonya.
Apakah Espresso Memiliki Lebih Banyak Kafein dari Manual Brew Coffee?
Rasa espresso memang lebih pahit dari manual brew. Tapi itu tak berarti kandungan kafein espresso lebih banyak dari kopi yang dihasilkan kopi yang diseduh manual. Jumlah banyaknya kafein bisa dilihat dari seberapa banyak kopi yang digunakan. Logikanya adalah coba bandingkan berapa banyak kopi yang digunakan untuk membuat one shot espresso? Berapa banyak kopi yang digunakan untuk menyeduh kopi melalui metode manual brew? Tentu espresso menggunakan kopi lebih sedikit dan secara otomatis dijelaskan bahwa semakin sedikit pula kafeinnya.
Selain itu faktor kopi jenis apa yang digunakan juga memengaruhi, apakah robusta atau arabika. Serta ada beberapa faktor lain yang memengaruhi banyak tidaknya kafein di dalam espresso dan manual brew coffee. Tapi jika kamu mengkonsumsi one or two shots espresso tentu lebih sedikit kafein yang dikonsumsi dari saat kamu mengonsumsi kopi dengan pour over method yang bisa menghasilkan bercangkir-cangkir kopi.
Sumber : Otten