Awas! Efek Buruk Orang Tua Terlalu Sering Memarahi Anak

Ilustrasi photo: Alodokter.com
Bagikan :

HEALTH – Kliktodaynews.com|| Seiring bertambahnya usia anak, terkadang anak bisa melakukan tingkah laku yang bisa menguji kesabaran. Wajar jika satu atau dua tingkah bisa membuat emosi orangtua menjadi terpancing, terutama ketika si kecil tak bisa dinasihati dengan baik.

Akan tetapi, sebagai orang tua, kemarahan wajib dikendalikan karena bisa berdampak negatif terhadap perkembangan anak.

Dilansir dari laman alodokter.com, Berikut ini adalah dampak buruk yang bisa terjadi pada anak bila ia sering dimarahi:

1. Anak menjadi penakut dan tidak percaya diri
Saat anak melakukan kesalahan, bukan berarti Bunda berhak untuk memarahi dan membentaknya, ya. Ketika Bunda marah, Si Kecil mungkin akan diam. Namun, ia diam karena merasa takut dan terancam.

Hal tersebut bisa menyebabkan Si Kecil menjadi pribadi yang penakut, lho, Bun. Selain itu, terlalu sering dimarahi juga bisa menurunkan rasa percaya diri lantaran Si Kecil merasa apa yang ia lakukan selalu salah di mata Bunda.

2. Perkembangan otak anak terganggu
Bunda mungkin berpikir bahwa memarahi saja tidak akan berefek secara fisik seperti memukul. Namun, tahukah Bunda? Otak anak yang sering dimarahi bisa mengalami hambatan perkembangan hingga ukurannya menjadi lebih kecil dibanding rata-rata. Jadi, terlalu sering memarahi anak benar-benar bisa berdampak secara fisik.

Bagian otak yang paling terpengaruh adalah bagian yang memproses suara dan bahasa. Hal ini bisa terjadi lantaran otak cenderung lebih mudah memproses informasi dan peristiwa yang negatif dibandingkan yang positif. Dengan kata lain, bagian otak ini menjadi “tumpul” karena lebih sering mencerna informasi yang tidak memicu perkembangan.

3 Anak mengalami depresi dan gangguan mental
Memarahi Si Kecil mungkin bisa membuat Bunda merasa didengar atau dihargai. Namun, sebenarnya dengan dimarahi, anak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya atas dasar rasa takut, bukan karena menghargai. Ini bisa dikatakan tergolong seperti perilaku bully.

Selain rasa takut, anak juga bisa merasa tidak berharga, sedih, kecewa, dan terluka hatinya. Hal ini tentu bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mentalnya. Lama-kelamaan, anak yang sering dimarahi bisa mengalami depresi.

Di kemudian hari, anak bisa saja mencari pelampiasan untuk menuangkan luapan emosi negatifnya dengan merusak dirinya sendiri, misalnya menggunakan obat-obatan terlarang.

4. Menjadi sosok pemarah di kemudian hari
Ditempa dengan amarah secara terus-menerus bisa menyebabkan anak memiliki masalah mental dan perilaku di kemudian hari, misalnya anak bisa menjadi sosok yang lebih agresif. Selain itu, anak juga berpikir bahwa marah atau memaki adalah respons yang normal saat menghadapi masalah.

Jadi, anak akan meniru hal ini pula, baik pada teman, guru, atau orang di sekitarnya. Bahkan, anak bisa jadi gemar berkelahi atau sering memukul bila sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Di masa depan, bukan tidak mungkin ia melakukan ini pada pasangan dan anaknya.

Tips agar Tidak Mudah Marah pada Anak

Nah, agar tidak mudah marah pada anak, ada beberapa tips yang bisa Bunda terapkan, yaitu:

Tarik napas yang dalam lalu hembuskan, dan ulangi beberapa kali. Buatlah diri Bunda tenang ketika Si Kecil melakukan kesalahan. Ingat bahwa kesalahan yang ia lakukan adalah sebuah proses pembelajaran untuknya.

Tanamkan pada pikiran Bunda bahwa memarahi anak bukanlah solusi dari suatu masalah.

Bila amarah Bunda meningkat, coba cari kegiatan lain terlebih dahulu untuk mengalihkannya, misalnya mendengarkan lagu kesukaan.

Beri tahu Si Kecil apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan dengan tenang namun tegas. Berikan penjelasan yang mudah ia pahami.

Jangan lupa untuk selalu mempercayai anak dan menghargai anak atas apa yang ia lakukan.

Dengan mengetahui dampak buruk di balik sering memarahi anak, mulai sekarang Bunda bisa berlatih untuk mengendalikan emosi, ya. Memarahi anak sebenarnya bukanlah sesuatu yang sama sekali tidak diperbolehkan.

Namun, Bunda harus mengetahui batas untuk mulai marah serta batas untuk berhenti dan menunjukkan kasih sayang pada Si Kecil. Bila ia melakukan kesalahan, memberikan hukuman ringan boleh saja, namun Bunda juga dianjurkan untuk memberikan hadiah ketika ia melakukan sebuah prestasi atau tindakan yang baik.

Cobalah untuk bisa lebih tenang di kala anak membuat keributan kecil. Bila setelah menerapkan tips-tips di atas Bunda tetap tidak bisa mengendalikan amarah, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan psikolog.

Bagikan :